Rabu, 04 November 2020

Struktur Kota

Ketika kita berbicara perihal struktur kota, apa yang ada dalam anggapan kita? Mungkin kita akan terbayang teori konsentris, sektoral, ataupun multiple nuclei. Tetapi, bahwasanya itu hanyalah teori mengenai struktur kota, bukan struktur kota itu sendiri.


Pada dasarnya, struktur kota yakni transisi perlahan dari area yang memiliki sifat kekotaan menuju area yang mempunyai sifat desa. Teori-teori tersebut dibentuk untuk menerangkan transisi ini, menurut asumsi dan teladan perkara masing-masing peneliti.


 



Transisi dari Zona Urban menuju Zona Rural


Ilustrasi Struktur Kota dari CBD hingga Zona Komuter


Zona sentra kota yang dilambangkan dengan CBD mempunyai banyak sekali perbedaan dengan zona-zona disekelilingnya, kian menjauhi pusat kota, maka kian hilang bagian kota nya dan mulai digantikan dengan unsur suburban, saat beliau sudah meraih tempat perbatasan dengan desa, maka unsur desa menjadi lebih dominan. Transisi ini digambarkan oleh grafik diatas dan akan dibagi menjadi beberapa bagian yakni.



City Centre / Central business District (CBD)


City centre lazimnya merupakan pusat komersial, kultural, dan politik sebuah kota. Secara geografis, city centre ini biasanya ditemukan di sentra kota. CBD dan city centre kerap disamakan, padahal mereka mempunyai makna yang berbeda meskipun lazimnya berada di lokasi yang serupa.


CBD lebih merujuk kepada pusat bisnis dan komersial suatu kota, lazimnya perusahaan-perusahaan besar mempunyai kantor disini. Jika CBD berkonsentrasi pada faktor ekonomi dan bisnis, maka city centre selain ialah sentra ekonomi, juga merupakan pusat sejarah, budaya, dan politik sebuah kota.


Contoh dari perbedaan ini ialah di kota Paris, La Defense ialah CBD utama dari kota Paris, dia berada sekitar 3 kilometer dari batas resmi kota Paris dan masuk ke dalam Paris Metropolitan Area. Namun, city centrenya berada di sekitar kilometre zero atau 1st Arrondissement yang berada di dalam kota.


Bentuk dan jenis CBD sungguh dipengaruhi oleh sejarah kota itu sendiri. Jika kota itu yaitu kota bau tanah dan mempunyai banyak bangunan bersejarah di dalam city centrenya maka CBD akan condong berkembang agak jauh dari city centre tersebut.


Hal ini disebabkan oleh adanya peraturan konservasi bangunan bersejarah dan penetapan batas maksimum ketinggian bangunan yang lazimnya berlaku di pusat-pusat kota tua. CBD jenis ini lazimnya terdapat di kota-kota bau tanah Eropa mirip Paris dan Vienna.


Pada kota-kota yang relative gres, yang meningkat sesudah revolusi industri dan mekanisasi, kawasan sentra kota akan mempunyai bangunan-bangunan tinggi, kantor-kantor perusahaan besar, kantor pemerintahan, landmark, dan juga bangunan-bangunan lain yang dianggap bersejarah.


Oleh karena itu, lazimnya CBD dan city centre dianggap sebagai satu kesatuan dalam kota-kota mirip ini, acuan dari kota ini yaitu New York, Las Vegas, dan San Francisco.


Terjadinya urbanisasi massal di periode ke 21 telah menyebabkan munculnya megacities atau kota-kota aglomerasi yang mempunyai banyak CBD yang tersebar di wilayah urban nya. Jumlah CBD yang banyak ini terjadi karena kota-kota yang diserap kedalam megacity tersebut masih mempunyai CBD nya masing-masing. Oleh alasannya itu, semakin banyak kota yang diasimilasi oleh megacity tersebut, akan kian banyak pula CBD yang terdapat didalamnya.


Fenomena ini dapat kita observasi di negara-negara Asia, contohnya yakni DKI Jakarta dengan JABODETABEK, serta Tokyo dengan Greater Tokyo Metropolitan Area.



Inner City


Daerah inner city merupakan area sentral dari suatu kota besar atau metropolis. Inner city cenderung memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi bila ketimbang area-area diluarnya (sub-urban, rural-urban, rural), kebanyakan orang-orang yang tinggal di tempat inner city ini menempati apartemen, rusun, atau townhouse-townhouse elit.


Di Amerika Serikat, istilah inner city biasanya dipakai untuk mendeskripsikan tempat-kawasan di city centre yang memiliki tingkat kesejahteraan lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang lain, sering kali beliau digunakan pula untuk mendeskripsikan pemukiman minoritas.


Sebagian besar kawasan inner city di Amerika Serikat sudah mengalami gentrifikasi, khususnya semenjak tahun 1990an. Fenomena ini kerap disamakan dengan urban donut.


Namun, stereotip tersebut tidak berlaku bagi negara-negara yang memiliki kawasan kumal di luar pusat kota, misalnya yakni kota-kota di Brazil yang mempunyai tempat kumal favelas yang berada di pinggir-pinggir kota dan kota-kota di Eropa yang umumnya memiliki pusat kota yang hidup dan sejahtera secara ekonomi.


Di Amerika Serikat sendiri, stereotip ini pun mulai pudar, kota-kota seperti New York dan San Francisco telah mulai membangun sentra kota mereka semoga menjadi lebih makmur dan patut ditinggali.


Pembangunan ini menjadikan banyak orang yang berpindah kembali dari tempat suburban dan rural ke kawasan inner city yang sudah direvitalisasi, fenomena ini diketahui sebagai reurbanisation.



Inner Suburbs


Inner suburbs yakni istilah yang disematkan kepada komunitas-komunitas suburban yang berlokasi sangat erat dengan pusat kota. Kepadatan penduduk mereka lebih rendah dari kawasan inner city ataupun central business district, tetapi lebih tinggi dari outer suburbs ataupun zona exurban.


Di negara-negara persemakmuran Inggris seperti Australia dan New Zealand, inner suburbs ialah bagian dari urban area yang dilabeli sebagai zone of transition, zona ini umumnya berada diluar pusat kota.


Daerah inner suburbs kota-kota besar umumnya ialah zona perumahan yang paling bau tanah dan paling padat orangnya. Mereka juga memiliki pembangunan mixed-use yang sangat ekstensif.


Secara tradisional, kawasan inner suburbs merupakan tempat perumahan para pekerja pabrikan dan kantor, tetapi karena kini banyak perusahaan yang berpindah ke luar kota atau kawasan perifer lainnya, banyak tempat inner suburbs yang mengalami gentrifikasi.


Di Amerika Serikat, inner suburbs atau lebih dikenal selaku first ring suburbs ialah bab daerah metropolitan yang lebih renta dan mempunyai populasi lebih tinggi. Inner suburbs ini terbangun ketika ada gelombang urban sprawl yang cukup besar sesudah perang dunia 1 dan sebelum perang dunia 2, oleh karena itu, mereka lebih bau tanah jikalau dibandingkan dengan tempat suburban atau exurban lainnya.



Outer Suburbs


Outer suburbs mempunyai makna yang hampir sama dengan inner suburbs, mereka hanya dibedakan oleh letaknya kepada sentra kota dan kepadatannya.


Umumnya, outer suburbs mempunyai kepadatan yang lebih rendah dari tempat inner suburbs. Hal ini terjadi alasannya kian keluar dari sentra kota, harga lahan makin murah. Oleh alasannya adalah itu, pengembang akan cenderung mengembangkan pemukiman bertipe townhouse/gated community, sehingga menurunkan rata-rata kepadatan penduduk.


Pelebaran zona suburban ini ialah perwujudan dari urban sprawl perkotaan. Sebelum sebuah desa menjadi kota, ia akan menjelma tempat suburban dulu dengan proses land use change. Jika konversi suburban menjadi inner city tidak bisa mengimbangi laju suburbanisasi, maka akan terjadi urban sprawl.



Urban Fringe / Rural-Urban Fringe


Rural urban fringe merupakan tempat outskirts atau hinterland dari suatu kota, ia merupakan zona peralihan dari daerah urban ke kawasan rural. Rural urban fringe ini dibuat dan dipengaruhi oleh interaksi-interaksi yang terjadi antara tempat urban dan rural.


Walaupun memiliki definisi dan acuan yang berlawanan sesuai dengan negaranya, urban fringe lazimnya dipenuhi oleh tipe penggunaan lahan yang secara sengaja keluar dari daerah perkotaan, atau membutuhkan luas tanah yang besar. Contohnya ialah:



  • Jalan raya, jalan tol, bypass

  • Tempat pembuangan akhir, kemudahan daur ulang dan memproses sampah

  • Bandara

  • Rumah sakit besar

  • Pembangkit listrik

  • Pengolahan limbah

  • Pabrik

  • Fasilitas perbelanjaan luar kota/mall besar/supermall


Walaupun terdapat banyak penggunaan lahan yang bersifat urban, areal rural-urban fringe relative tetap terbuka. Mayoritas lahan tergolong kedalam penggunaan agrikultur, hutan, atau penggunaan-penggunaan lahan berkarakteristik rural yang lain.



Green Belt


Green belt merupakan kebijakan dalam tata kota yang berguna untuk mempertahankan daerah-daerah yang belum terbangun semoga tidak menjadi terbangun. Secara lazim green belt merupakan batas tidak tampakyang melingkupi sebuah kawasan supaya tidak dilaksanakan pembangunan di wilayah tersebut. Kebijakan ini akan memperlihatkan ruang bagi tumbuhan dan fauna untuk tumbuh dan menempati lokasi tersebut secara alami.



Commuter Belt


Commuter belt mencakup wilayah-daerah yang mana banyak orang berangkat untuk kerja di kawasan urban setiap harinya. Umumnya, commuter belt ini mencakup kota-kota satelit dari suatu kota utama. Contohnya yaitu London metropolitan area, Greater Tokyo metropolitan area, atau JABODETABEK.


Contoh terbaik dari wilayah commuter belt ini yakni London commuter belt, atau lebih dikenal selaku London metropolitan area. Data populasi modern dari Eurostat menyatakan bahwa wilayah ini merupakan kawasan aglomerasi urban terbesar yang ada di Uni Eropa, dengan populasi sejumlah 14,431,830 jiwa pada tahun 2016.


Wilayah London commuter belt tidaklah statis, dia berkembang menjauhi sentra kota London seiring dengan majunya teknologi angkutandan dibangunnya perumahan-perumahan gres. Area London commuter belt meliputi secara umum dikuasai daerah South East England dan East of England, tergolong Hertfordshire, Buckinghamshire, Berkshire, Surrey, Kent, dan Essex.



Referensi


Waugh, David (2014). Geography an Integrated Approach, Fourth Edition. Oxford University Press.


 


 



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)