Kamis, 05 November 2020

Urban Sprawl


Secara umum Urban Sprawl memiliki arti kemajuan kota menjauh dari sentra kota. Area sprawl biasanya mempunyai karakteristik fungsi yang homogen (jika perumahan rumah semua, kalau pertokoan toko semua) dan transportasinya bergantung pada kendaraan pribadi.





Istilah urban sprawl lazimnya mempunyai konotasi negatif yang sering dikaitkan dengan segregasi dan kerusakan lingkungan.






Karakteristik Urban Sprawl





Zonasi homogen





Zonasi homogen mempunyai makna bahwa zona-zona penggunaan lahan perkotaan mirip komersial, industrial, dan hunian dipisahkan satu dengan yang lainnya. Selain itu, lahan-lahan luas kerap digunakan hanya untuk satu fungsi, dan dikelilingi oleh tanah lapang.





Hal ini menyebabkan jarak antara daerah bekerja, tinggal, dan belanja serta wisata kian jauh. Jarak yang semakin jauh ini menutup kemungkinan orang-orang dapat meraih tempat-daerah tersebut cuma dengan berlangsung kaki.





Penggunaan sepeda menjadi lebih susah sebab jarak yang jauh, dan penggunaan kendaraan lazim menjadi tidak efisien alasannya rendahnya kepadatan penduduk. Semua hal diatas membuat penduduk lebih memilih memakai kendaraan eksklusif untuk berpergian.





 



Job Sprawl





Job sprawl didefinisikan sebagai persebaran pekerjaan yang memiliki densitas rendah dan tersebar di kawasan perkotaan, mayoritas pekerjaan tersebut terdistribusi di daerah suburban atau diluar wilayah CBD dari suatu kota.





Job sprawl juga memiliki korelasi yang kuat dengan zonasi homogen. Umumnya zona-zona perumahan diletakkan jauh dari zona industrial, dan zona komersial serta wisata diposisikan diantara kedua zona tersebut.





Hal ini mengakibatkan terjadinya perpindahan penduduk massal tiap pagi dan sore hari, pada pagi hari penduduk dari tempat hunian bergerak ke arah zona komersial dan industri untuk berkerja, pada malam hari mereka bergerak balik ke zona residensial untuk beristirahat di rumah mereka.





Fenomena ini berpotensi membuat kemacetan parah di pagi dan sore hari, terlebih lagi jarak yang harus ditempuh oleh para pekerja tersebut cukup jauh lantaran adanya zonasi homogen yang memisahkan kawasan kerja dengan tempat tinggal.





Job sprawl merupakan pengaruh dari murahnya harga lahan di luar kota dan kemudahan angkutanberkat kendaraan pribadi. Kedua hal diatas membuat banyak perusahaan memindahkan kantor besar mereka keluar dari wilayah kota ke wilayah-kawasan suburban agar mampu menciptakan kantor yang lebih besar.





Fenomena job sprawl ini mampu mengakibatkan kemiskinan pada pekerja-pekerja papan bawah yang memiliki kawasan kerja yang jauh. Mereka mesti menanggung ongkos transportasi yang tidak murah untuk pergi ke daerah kerja mereka.





Selain itu mereka juga potensial telat alasannya kemacetan yang parah di pagi dan sore hari, terlebih lagi jika lokasi pekerjaan mereka tidak berada di tempat CBD, maka akan lebih susah bagi mereka untuk berpergian ke sana alasannya masih belum meratanya fasiltias angkutanpublik.





 



Kepadatan Rendah





Sprawl juga kerap dikaitkan dengan pembangunan dengan kepadatan rendah. Definisi dari kepadatan rendah sebetulnya cukup ambigu dan dapat diperdebatkan, namun salah satu acuan dari pembangunan dengan kepadatan rendah yakni rumah-rumah keluarga tunggal dengan luas tanah yang besar.





Biasanya pada pembangunan dengan kepadatan rendah, bangunan-bangunan memiliki sedikit lantai dan mempunyai jarak antar bangunan yang cukup besar. Bangunan ini biasanya dipisahkan oleh pekarangan, jalan raya, dan tempat parkir.





Pembangunan dengan kepadatan rendah ini memicu penggunaan kendaraan langsung, hal ini dibutuhkan alasannya adalah terdapat jarak yang jauh antar fasilitas sehingga tidak mungkin dicapai dengan berlangsung kaki.





Karena pembangunan ini membutuhkan lahan yang luas, sering kali pertumbuhan wilayah perkotaan lebih cepat dari perkembangan penduduk perkotaan. Kepadatan yang rendah ini biasanya disebabkan oleh pembangunan berjenis leapfrog.





 



Konversi Lahan Agrikultur menjadi Lahan Perkotaan





Karena sprawl meningkat ke arah luar dari sentra perkotaan, tanah yang mereka gunakan lazimnya berasal dari komunitas-komunitas rural yang masih mengandalkan agrikultur.





Hal ini menimbulkan berkurangnya lahan produktif yang mampu dipakai untuk kegiatan agrikultur sehingga mesti didapatkan cara-cara kreatif gres mirip urban farming, hydroponics, atau aeroponics untuk menjamin ketersediaan bahan makanan bagi penduduk kota yang semakin banyak.





 



Munculnya Town House & Gated Community/Housing subdivision





Housing subdivision yaitu tanah luas yang dipenuhi oleh perumahan-perumahan yang gres dibentuk, mereka biasanya dinamai dan diberikan gerbang serta pagar untuk memajukan aspek keamanan.  Perumahan-perumahan ini kerap menimbulkan kemacetan pada jam kerja sebab mereka mempunyai satu pintu masuk dan keluar, sehingga orang-orang mesti mengantri untuk keluar atau memasuki wilayah subdivisi perumahan ini.





Town house dan gated community mampu membuat segregasi sosial. Masyarakat menengah keatas yang tinggal di dalam komunitas tersebut mampu menikmati semua akomodasi yand disediakan sedangkan penduduk kelas bawah yang tinggal disekitarnya tidak dapat mempergunakan akomodasi apapun. Padahal mereka juga terkena efek kemacetan dan polusi bunyi/cahaya dari pusat aktivitas gated community.





 



Halaman Depan/Pekarangan





Landed housing atau rumah berhalaman menjadi salah satu penanda dari urban sprawl. Secara ekonomis, rumah berhalaman hanya mampu dibuat jikalau terdapat tanah yang cukup luas dan harga tanah tersebut murah.





Oleh sebab itu di sentra kota hampir mustahil kita menemukan perumahan yang memiliki pekarangan. Kecuali rumah pejabat atau perumahan elit, nyaris siapa saja yang tinggal di sentra kota tinggal di apartemen. Selain lebih efisien kawasan, apartemen juga biasanya dibangun akrab dengan kawasan berkerja, sehingga menurunkan biaya yang perlu dikeluarkan untuk transportaasi.





 



Distrik Komersial





Wilayah sprawl juga dapat dilihat dari keberadaan supercenter komersial. Umumnya sentra-pusat perbelanjaan ini dibangun di dekat jalan raya atau jalan bebas kendala yang mempunyai kapasitas besar dan pengguna yang banyak. Sentra-sentra komersial ini umumnya mempunyai lahan parkir yang besar, namun sebab mereka mempunyai lahan yang sangat luas, mereka tidak perlu melakukan efisiensi daerah dan membangun sebuah basement.





Mereka juga lazimnya mempunyai jumlah lantai yang sedikit, sentra komersial mirip ini lebih mementingkan perkembangan ke samping dibandingkan dengan perkembangan ke atas, alasannya adalah pastinya memperluas area lebih hemat biaya ketimbang menyertakan lantai di area suburban.





 



Penyebab Urban Sprawl





Kepadatan masyarakatkota yang sedang mengalami industrialisasi condong mengikuti acuan spesifik ialah kepadatan akan meningkat ketika urbanisasi dan masyarakatakan terfokus di pusat kota dengan fokus yang semakin menurun kian jauh dari sentra kota.





Dengan bertumbuhnya ekonomi dan pembangunan jalur transportasi yang menghubungkan antar daerah, masyarakatkota tersebut, terutama kelas menengah keatas, akan cenderung berpindah ke pinggir kota, selain alasannya harga tanah lebih murah, mereka juga lebih menggemari suasana santai dan terbuka yang ada di tempat pinggir perkotaan.





Untuk problem transportasi, dominan penduduk kelas menengah keatas sudah niscaya memiliki kendaraan biasa , oleh alasannya adalah itu mereka tidak terlalu terpengaruh oleh jarak yang harus ditempuh untuk menuju ke kawasan melakukan pekerjaan mereka di sentra kota.





 



Sejarah Urban Sprawl





Inggris, 1800





Urban sprawl pertama kali diperhatikan terjadi di Inggris pada kurun ke 19. Saat itu sedang terjadi revolusi industri, siapa saja berbondong-bondong bermigrasi dari kawasan rural ke kawasan perkotaan untuk berkerja di pabrik-pabrik yang baru dibuka.





Para pengembang menyaksikan ini selaku sebuah potensi , mereka pun berbelanja tanah-tanah disekitar pabrik pabrik tersebut dan membangun rumah-rumah kecil yang memiliki halaman depan, mereka pun membangun jalan raya, metode kereta metro, jalur bus, dan jalur tram untuk menghubungkan perumahan tersebut dengan pabrik daerah mereka berkerja.





Skema ini berkerja dengan baik, aneka macam pekerja pabrik yang tinggal di kota-kota industrial tersebut. Distrik suburban yang akrab dengan sentra kota dan area CBD juga mulai berkembang, tempat itu diisi oleh pekerja pabrik yang sudah memiliki jabatan cukup tinggi sehingga dapat membeli rumah yang lebih mahal dan tak mau lagi tinggal di perumahan industrial tersebut yang kualitasnya sudah mulai menurun sebab terlalu banyak orang.





 



Inggris 1850





Pada pertengahan abad ke 19, London yang ialah kota paling besar di dunia pada dikala itu mulai mengalami tanda-tanda overpopulasi dan pencemaran lingkungan. Salah satu katalis urban sprawl kota London kala itu yakni pembukaan jalur kereta api menuju kota-kota satelit Middlesex.





Perusahaan kereta api tersebut pun menjual tanah surplus di sepanjang jalur keretanya, tanah-tanah surplus tersebut lalu dibeli dan dijadikan perumahan-perumahan gres untuk warga yang ingin keluar dari kota London yang semakin semrawut.





Pada permulaan era ke 20, sprawl di Inggris telah sangat parah sehingga muncul gerakan-gerakan untuk menghentikan urban sprawl. Komunitas pergerakan garden city dan CPRE (Community to Protect Rural England) menjadi pemeran utama dalam setiap kampanye penghentian urban sprawl.





Pada tahun 1934 diformulasikan planning untuk membuat green belt di sekitar kota London dan pada 1974 dalam dokumen Town and Country Planning Act of 1947 disetujui bahwa wajib hukumnya untuk menawarkan greenbelt di sekeliling kota-kota untuk menghentikan laju urban sprawl.





 



Proses Urban Sprawl





Ribbon Development





Ribbon development merupakan ungkapan yang disematkan pada pembangunan-pembangunan yang mengikuti jalur transportasi. Fenomena ribbon development menjadi marak di Russia, Inggris, dan Amerika Serikat paska revolusi industri, mereka memiliki banyak jalur-jalur angkutanyang menghubungkan kota-kota besar, sehingga banyak orang ingin tinggal di sekitar jalur tersebut guna membuat lebih mudah transportasi.





Pembangunan di jalur angkutanini menjadi sungguh menguntungkan bagi pengembang alasannya adalah mereka tidak perlu lagi membangun jalur transportasi gres untuk menghubungkan perumahan mereka dengan jalur transportasi publik ataupun desa/kota lainnya.





Ribbon development ini sangat berbahaya bagi kemajuan kota sebab ia merupakan pola penggunaan sumber daya kawasan yang sangat tidak efisien dan dapat menyebabkan terjadinya urban sprawl. Selain itu, ribbon development ini juga menimbulkan kemacetan pada jalan raya saat banyak orang berbondong-bondong keluar dari perumahan mereka pada pagi hari untuk pergi berkerja dan balik lagi pada malam hari untuk beristirahat





 



Leapfrog Development





Pola kemajuan leapfrog lazimnya memiliki korelasi yang bersahabat dengan urban sprawl. Perkembangan ini mempunyai karakteristik pembangunan bangunan utamanya area perumahan dan komersial secara acak, tersebar, dan jauh dari sentra kota.





Umumnya alasannya adalah ia tersebar secara acak dan memiliki jarak antar bangunan yang cukup jauh, meskipun rumah-rumahnya kecil dan memiliki penghuni banyak, pertumbuhan keapfrog tetap diasosiasikan dengan kepadatan masyarakatyang rendah.





Perkembangan leapfrog yang semakin menjauhi sentra kota kerap memaksa pemerintah untuk mengeluarkan dana perhiasan guna membangun akomodasi lazim dan infrastruktur kota pada tempat yang gres dikembangkan tersebut.





Umumnya acuan leapfrog ini terjadi saat pembangunan diserahkan terhadap pengembang dan pihak swasta. Peraturan pemerintah mengharuskan adanya pembangunan kemudahan lazim dasar mirip taman, sekolah, kawasan parkir, toko, dan sejenisnya, tetapi hal ini umumnya tidak disanggupi oleh pihak swasta sebab selain tidak menjinjing laba, pembangunan mirip ini juga membutuhkan dana yang cukup banyak.





Oleh karena itu mereka membiarkan lahan-lahan tersebut kosong, dengan luas sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari peraturan pemerintah.





Pemerintah yang juga lambat bergerak untuk mengisi kekosongan akomodasi dan infrastruktur publik ini turut membuat sprawl berjenis leapfrog. Salah satu solusinya ialah dengan mengintegrasikan pembangunan serta mengembangkan komunikasi antara pihak swasta dan pemerintah,  hal ini perlu dilakukan supaya pembangunan tempat dan infrastruktur dapat dijalankan secara bersamaan dan terkoordinasi.





 



Low density Development





Urban sprawl umumnya menghasilkan perumahan yang mempunyai kepadatan rendah atau sangat minim, hal ini terjadi alasannya rumah-rumah yang ada dibangun dengan menggunakan luas lahan yang sangat besar.





Low density development ini lazimnya terjadi pada kawasan-tempat gres yang mempunyai harga tanah sungguh murah dan dilakukan oleh pengembang yang diberi wewenang lebih oleh pemerintah daerah, atau bahkan berkerjasama dengan pemerintah kawasan untuk membangun akomodasi umum dan fasilitas sosial sehingga tidak mesti terjadi pembangunan leapfrogging.





Low density development ini sering diasosiasikan dengan daerah perumahan kelas atas atau perumahan pribadi yang memiliki luas bangunan besar dan terdapat pekarangan serta halaman belakang.





Low density development juga terhitung cukup berbahaya bagi perkembangan suatu kota alasannya sangat cepat menghabiskan lahan. jika leapfrog development condong menghabiskan lahan sebab pembangunan bersifat meloncat-loncat sehingga membuat lahan kosong diantara bangunan-bangunannya, low density development menghabiskan lahan dengan cara membangun bangunan yang luas dan saling terpisah oleh area hijau atau pekarangan.





Penduduk di area ini umumnya memakai mobil sebagai moda transportasi utama karena dengan memperhitungkan luas wilayahnya, tidak dimungkinkan untuk berlangsung kaki dan memakai sepeda, tetapi di lain pihak, jumlah penduduknya tidak lumayan banyak bila ingin dibangun metode transportasi lazim.





 



Dampak Urban Sprawl





Lingkungan





Dampak lingkungan dari adanya urban sprawl sangatlah banyak dan bermacam-macam, namun yang paling tampakdan berefek yaitu berkurangnya biodiversitas, banjir, polusi, urban heat island, dan menurunnya mutu serta kuantitas air tanah.





Berkurangnya Biodiversitas





Urban sprawl dapat meminimalkan biodiversitas flora dan fauna lokal alasannya beliau mengambil alih wilayah yang semestinya dapat digunakan oleh tanaman dan fauna tersebut sebagai habitatnya.





Berkurangnya biodiversitas mampu dimitigasi dengan adanya edukasi dan proses suksesi ekologis yang rumit, namun tetap saja sprawl menjadi salah satu ancaman yang paling menghancurkan terhadap biodiversitas tanaman dan fauna.





Sprawl juga kerap memperkenalkan spesies invasif terhadap suatu wilayah, fenomena ini umumnya terjadi pada pohon-pohon kota. Terkadang pengurus kota lebih mementingkan faktor estetik ketimbang faktor ekologis dari penempatan pohon tersebut.





 



Banjir





Banjir juga ialah salah satu bencana yang disebabkan oleh urban sprawl. Peningkatan luas daerah yang impermeabel ialah salah satu penyebab dari adanya banjir kota.





Air yang tiba dari hujan tidak dapat diserap oleh tanah sehingga mereka bergerak masuk ke sistem drainase kota, tetapi tidak semua kota mempunyai tata cara drainase yang baik dan dioptimasikan untuk hujan deras, sehingga dikala itu terjadi, kota-kota tersebut mengalami banjir.





 



Polusi





Polusi ialah dampak niscaya dari urban sprawl. Salah satu penyumbang paling besar polusi perkotaan ialah kendaraan bermotor, urban sprawl dengan konsepnya yang menjauhkan kawasan-daerah strategis memaksa orang-orang untuk menggunakan kendaraan bermotor, dikala siapa saja menggunakan kendaraan bermotor maka tingkat polusi di perkotaan tentu saja akan meningkat.





Polusi suara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor juga dapat mengusik kegiatan masyarakat disekitar jalan-jalan besar, sehingga mutu hidup di akrab jalan besar lazimnya lebih rendah kalau daripada kawasan yang jauh dari jalan besar.





 



Urban Heat Island





Urban heat island ialah fenomena kenaikan suhu di daerah perkotaan sebab kota tersebut menyimpan dan juga mengeluarkan panas dari aktivitas-aktivitasnya. Kenaikan suhu ini mampu menyebabkan ketidaknyamanan pada kegiatan manusia, ia juga mampu menyebabkan maut pada orang tua yang tidak besar lengan berkuasa dengan paparan panasnya.





Urban heat island menjadi salah satu penyebab dari meningkatnya ongkos listrik gedung-gedung kota yang mesti terus menerus menyalakan pendingin ruangan pada setting terdinginnya agar karyawan mereka tidak kepanasan.





 



Degradasi Air Tanah





Penggunaan air tanah lazimnya lebih intensif di wilayah perkotaan. Mereka memakai sumur-sumur yang sungguh dalam semoga mampu mengambil lebih banyak air, semakin dalam sumur tersebut, kian banyak air yang dapat diambil sebelum sumur tersebut kering.





Penggunaan air tanah secara berlebihan mampu menyebabkan subsidensi tanah alasannya rongga dalam tanah yang seharusnya diisi oleh air menjadi kosong, subsidensi tanah cukup berbahaya alasannya adalah mampu menghancurkan infrastruktur kota dan menghemat stabilitas fondasi bangunan. Jika ini terjadi di kota-kota pesisir, maka mampu terjadi pula intrusi air bahari.





Fenomena intrusi air bahari terjadi saat air maritim masuk ke dalam rongga-rongga tanah yang seharusnya diisi oleh air tanah, saat mereka sudah masuk maka air tanah akan bersifat asin atau payau. Intrusi air laut ini sudah diamati terjadi di kawasan Jakarta Utara.





 



Kesehatan





Seperti yang telah dijelaskan diatas, sprawl meningkatkan penggunaan kendaraan eksklusif, sehingga kian banyak polusi di udara dan bunyi. Meningkatnya polusi dapat menyebabkan menurunnya mutu kesehatan penduduk perkotaan.





Penyakit utama yang disebabkan oleh polusi udara yaitu penyakit pernafasan, tetapi polusi bunyi disinyalir dapat mengakibatkan stress dan penurunan kualitas hidup, sehingga potensial penyakit yang disebabkan oleh adanya sprawl ini sangat bermacam-macam. Menurut penelitian The American Journal of Public Health terdapat hubungan berpengaruh antara sprawl dengan obesitas dan hipertensi.





 



Keamanan





Ketergantungan yang tinggi pada kendaraan bermotor di daerah sprawl mempunyai efek pada parahnya kemacetan, tingginya angka kecelakaan kendaraan dan pejalan kaki, serta buruknya kualitas udara.





Menurut hasil riset di Amerika Serikat, penduduk yang tinggal di tempat sprawl memiliki potensi lebih tinggi untuk terlibat kecelakaan kendaraan daripada yang tinggal di tempat rural maupun urban, ekspresi dominan ini juga berlaku bagi para pejalan kaki.





Selain itu terdapat pula hubungan antara sprawl dan waktu tanggapandari polisi, pemadam kebakaran, dan petugas rumah sakit. Semakin jauh dari pusat pelayanan, maka waktu responnya akan meningkat. Hal ini disebabkan oleh jarak yang harus ditempuh dan kemacetan yang terjadi di jalan-jalan penghubung daerah suburban.





 



Biaya Infrastruktur & Transportasi





Kota yang kian besar dan tidak padat umumnya menciptakan ongkos yang harus dikeluarkan pemerintah kawasan untuk menjalankan akomodasi umum lebih besar.





Karena penggunaan kendaraan langsung sangat mendominasi, pembangunan infrastruktur angkutanpublik menjadi mahal serta usang payback period nya. Oleh alasannya itu, perencana kota terpaksa membuat jalan raya, jalan tol, serta daerah parkir yang banyak untuk memuat kendaraan yang ada.





Selain infrastruktur transportasi, penyediaan listrik, drainase dan air higienis juga menjadi lebih mahal alasannya pemerintah harus menciptakan saluran dan jaringan yang lebih panjang untuk menunjukkan saluran terhadap semua orang yang tersebar di area yang lebih luas. Hal ini bertolak belakang dengan rancangan transit oriented development yang mempunyai prinsip bahwa siapa saja harus tinggal akrab dengan sentra transportasi publik.





 



Sosial





Interaksi sosial pada penduduk menurun dikarenakan adanya sprawl. Perumahan mixed-use yang compact dan mempunyai kepadatan tinggi mampu menyebabkan interaksi sosial yang bermakna antara para tetangga, sprawl justru membuat penghalang interaksi.





Urban sprawl kerap mengubah tempat-tempat publik menjadi tempat langsung mirip halaman belakang yang dipagari. Hal ini turut meminimalkan interaksi antar tetangga dan menciptakan tetangga tidak saling kenal.





Sprawl juga disinyalir dapat menghemat kualitas hidup. Jarak yang jauh antara rumah, tempat kerja, kawasan makan, dan tempat wisata dapat memajukan kadar depresi orang-orang.





Pada tempat sprawl, secara umum dikuasai orangnya menghabiskan waktu yang lama di dalam kendaraan, entah itu menanti dalam kemacetan, atau memang alasannya jarak antara tempat tinggal dan kawasan kerja sungguh jauh.





Waktu papar yang usang terhadap kemacetan disangka menjadi penyebab dari depresi yang berlebihan pada para pekerja kantoran yang tinggal di daerah sprawl.





 



Alternatif Urban Sprawl





Smart Growth





Smart growth merupakan desain lazim pembangunan perkotaan yang pada intinya menekankan pada perkembangan kota secara compact sehingga secara umum dikuasai kawasan mampu dijangkau dengan berjalan kaki.





Konsep Smart growth juga menekankan pada pentingnya pembangunan area yang memiliki zonasi mixed use dan kepadatan masyarakatyang tinggi.





 



Compact City





Compact city merupakan desain pembangunan kota dengan kepadatan masyarakattinggi dan penggunaan lahan yang mixed use.





Konsep ini berbasis pada sistem transportasi publik yang efisien dan desain kota yang diharapkan mampu mengembangkan interaksi sosial, keamanan, efisiensi energi, serta aktivitas berlangsung kaki dan bersepeda.





Diharapkan juga compact city mampu mewujudkan konsep eye on the street sehingga meningkatkan keselamatan bareng .





 



Transit Oriented Development





Transit oriented development merupakan konsep pembangunan yang dirancang untuk menuntaskan the last mile duduk perkara yang kerap menghantui pembangunan-pembangunan akomodasi angkutanpublik.





Transit oriented development menekankan pada pembangunan fasiltias transportasi publik terintegrasi dan pembangunan kota yang compact dan mixed use.





 



New Urbanism





New urbanism ialah gerakan urban desain yang berkonsentrasi pada penataan kota sehingga beliau menjadi ramah lingkungan.





Ia mewajibkan kota untuk didesain sedemikian rupa sehingga memicu orang untuk berjalan kaki dan juga memiliki guna lahan (land-use) yang bermacam-macam dalam suatu area sehingga keperluan dasar mampu dipenuhi tanpa harus berpergian jauh.





Gerakan new urbanism ini muncul pada tahun 1980 di Amerika Serikat dan sampai sekarang masih menghipnotis acuan pikir para perancang kota dan pengembang real estate.





 



Referensi





Batty, Michael; Besussi, Elena; Chin, Nancy (November 2003). “Traffic, Urban Growth and Suburban Sprawl” (PDF). UCL Centre for Advanced Spatial Analysis Working Papers Series. 70. ISSN 1467-1298.





Bruegmann, Robert (2006). Sprawl: A Compact History. University of Chicago Press. p. 24.





Kunstler, James Howard (1998). Home from nowhere: remaking our everyday world for the twenty-First century. Touchstone.





Leapfrog Development.





McKee, Bradford. “As Suburbs Grow, So Do Waistlines“, The New York Times, September 4, 2003.





Ribbon Development.





Urban Sprawl.





Waugh, David (2014). Geography an Integrated Approach, Fourth Edition. Oxford University Press.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)