Iklim yaitu rata-rata kondisi cuaca pada suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu yang usang, umumnya 30 tahun. Perbedaan utama iklim dengan cuaca adalah jangka waktunya.
Ternyata, iklim di bumi ini berbeda-beda, sesuai dengan lokasinya serta faktor-aspek penentu iklim lainnya.
Oleh alasannya itu, diharapkan metode pembagian terstruktur mengenai yang mampu mengkategorikan dan membagi-bagi iklim tersebut kedalam klasifikasi yang terperinci.
Daftar Isi
Faktor Penentu Iklim
Faktor yang menghipnotis iklim sebetulnya sama dengan faktor-aspek yang menghipnotis cuaca. Faktor-aspek tersebut antara lain yaitu
- Suhu
- Matahari
- Tekanan Udara
- Topografi
- Badan Air
- Angin
- Perawanan
Tujuan Klasifikasi Iklim
Secara biasa , pembagian terstruktur mengenai iklim diciptakan biar para mahir mampu lebih gampang mengkategorikan iklim-iklim yang ada di dunia.
Selain itu, dengan melaksanakan kategorisasi dan penjabaran iklim, para hebat mampu dengan lebih mudah mengkomunikasikan hasil penelitian mereka kepada penduduk luas.
Hal ini dapat mengembangkan kesadaran dan kecerdasan penduduk dalam menanggapi iklim. Informasi ini sungguh penting bagi para petani dan nelayan yang animo panen nya kerap dikontrol oleh ekspresi dominan yang ada dan contoh iklim yang berlaku.
Secara umum, penjabaran iklim paling sederhana dan berlaku secara global ialah iklim fisis dan iklim matahari. Kedua klasifikasi ini dipengaruhi oleh matahari serta aspek fisik lingkungan tersebut.
Di Indonesia, lazimnya terdapat 3 jenis pembagian terstruktur mengenai iklim yang dipakai untuk menerangkan hal yang berlainan-beda pula.
Iklim koppen dipakai untuk menerangkan persebaran vegetasi yang ada di nusantara, serta teladan-teladan biogeografi, ekosistem, serta ekoregion yang ada.
Iklim Schmidt-Ferguson digunakan untuk menentukan kekeringan suatu daerah. Klasifikasi ini menggunakan desain bulan lembap dan bulan kering untuk menilai suatu kawasan.
Iklim Oldeman digunakan untuk memilih animo tanam padi pada sebuah lokasi. Iklim Oldeman mempergunakan klasifikasi bulan basah dan kering dari Schmidt-Ferguson dan mengkorelasikannya dengan kebutuhan air padi.
Selain ketiga iklim diatas, kita juga kerap mengenal klasifikasi iklim Junghuhn yang digunakan sebagai citra umum penanaman flora kebun di Indonesia.
Klasifikasi iklim Matahari
Iklim matahari ialah klasifikasi iklim yang mengkalkulasikan paparan sinar matahari yang diterima sebuah wilayah dalam kurun waktu tertentu.
Klasifikasi ini membagi zona iklimnya sesuai dengan lokasi geografis lintangnya.
Semakin ke utara dan selatan suatu kawasan kian sedikit paparan mataharinya, sedangkan makin ke tengah (kathulistiwa) makin tinggi pula paparan mataharinya.

Berdasarkan diagram diatas yang dicetuskan oleh Waryono pada tahun 1987, terdapat 4 pembagian terstruktur mengenai iklim matahari, yakni:
Iklim Tropis

Iklim ini berada disekitar kathulistiwa dan dibatasi oleh garis lintang 23,5′ LU Tropic of Cancer dan 23,5′ LS Tropic of Capricorn.
Daerah ini merupakan satu-satunya aderah di bumi yang mengalami paparan sinar matahari sempurna diatas kepala, atau lurus 90′.
Pada daerah ini, suhu rata-rata harian tergolong tinggi, bahkan dapat mencapai angka 30’C. Hal ini terjadi karena terdapat paparan sinar matahari yang sangat intens.
Meskipun suhu rata-ratanya tinggi, amplitudo (perbedaan) suhu tahunan nya tidak terlampau tinggi. Hal ini terjadi alasannya adalah paparan matahari cukup konstan sehinga daerah ini selalu hangat.
Wilayah ini juga kerap mengalami lebih banyak hujan dan perawanan dibandingkan daerah lain di dunia, hal ini terjadi alasannya adanya daerah konvergensi antar tropik.
Iklim Sub Tropis

Iklim sub tropis meliputi lintang 23,5 hingga lintang 40 utara dan selatan. Iklim ini ditandai dengan eksistensi 4 musim dalam satu tahun yaitu trend panas, acuh taacuh, semi, dan ekspresi dominan gugur.
Negara yang tergolong kedalam daerah subtropis antara lain yaitu
- Beberapa bab Eropa kecuali Skandinavia (Swedia, Norwegia, Finlandia, Islandia) dan Eropa Utara
- Asia Tengah, Asia Timur, dan Asia Barat
- Sebagian besar Amerika Serikat bab selatan dan sekitarnya
- Afrika Utara dan kawasan sekitar Afrika Selatan
- Australia
- Amerika Selatan bagian selatan yang antara lain adalah Argentina dan Chile bagian selatan
Iklim sub tropis memiliki karakteristik unik yakni trend panas yang hangat dan demam isu masbodoh yang tidak terlampau hambar.
Iklim sub tropis biasanya terbagi menjadi dua jenis yaitu subtropis basah dan mediterranean. Pada iklim subtropis basah, curah hujan yang tinggi terjadi saat isu terkini panas sedangkan pada iklim mediterranean, curah hujan yang tinggi terjadi ketika animo cuek.
Iklim Sedang

Iklim sedang terbentang dari lintang 40′ (atau 35 di beberapa sumber) hingga lintang 66.5′ di selatan dan utara.
Mayoritas masyarakatdi serpihan bumi bab utara tinggal di tempat iklim sedang, mirip Eropa dan Amerika Utara. Hal ini terjadi alasannya adalah distribusi lahan yang luas di lintang sedang dan iklim yang tidak terlampau buruk untuk kehidupan.
Pada zona iklim ini, sudah mulai ditemukan hutan gugur, hutan konifer, dan padang stepa. Namun, jarang sekali ditemukan tundra dan taiga karena suhu yang ada belum cukup dingin.
Iklim Dingin

Iklim masbodoh lazimnya terjadi di daerah yang erat dengan kutub, baik itu kutub utara maupun kutub selatan.
Contoh wilayah yang mengalami iklim acuh taacuh atau iklim kutub yaitu Antartika, Artik, Kanada Utara, Rusia Utara, dan Skandinavia bagian Utara.
Secara lazim, iklim hambar terjadi pada daerah antara 66.5′ sampai 90′ lintang utara maupun lintang selatan.
Pada daerah beriklim masbodoh, trend hambar berjalan lama dan musim panas berjalan cepat. Selain itu, malam hari di kawasan ini juga lebih lama daripada siang hari, kadang-kadang, terjadi fenomena midnight sun di beberapa wilayah.
udara yang condong kering dan tanah yang membeku menjadi permafrost juga ialah ciri dari kawasan beriklim masbodoh.
Jika kita bagi lebih rincian lagi, terdapat dua penjabaran iklim masbodoh yaitu iklim kutub dan iklim tundra.
Klasifikasi Iklim Fisis
Klasifikasi iklim fisis merupakan cabang pembagian terstruktur mengenai iklim yang menerangkan bahwa iklim berbeda-beda tergantung dengan lokasinya dan kondisi bentang alamnya.
Pada iklim fisis, terdapat 3 aspek yang mempengaruhi kondisi iklim suatu kawasan, adalah
- Air
- Topografi
- Angin
Keberadaan air memisahkan iklim fisis menjadi dua yaitu kontinental dan laut. Kedua penjabaran iklim ini memiliki perbedaan pada suhu rata-ratanya serta amplitudo suhu harian dan tahunannya.
Kondisi topografi memisahkan iklim fisis menjadi dua adalah iklim dataran rendah dan iklim dataran tinggi. Kondisi topografi ini akan dibahas lebih lanjut oleh Junghuhn dalam penjabaran iklimnya.
Angin juga mempengaruhi keadaan iklim sebuah wilayah. Angin muson akan menimbulkan iklim muson, angin pasat akan menimbulkan el-nino dan la-nina, sedangkan angin foehn akan menimbulkan pemanasan setempat di tempat gunung.
Iklim Kontinental

Iklim kontinental yakni sebutan bagi daerah yang lebih dipengaruhi efek daratan dibandingkan dengan imbas lautan.
Daerah dengan iklim kontinental lazimnya memiliki sifat sebagai berikut
- Amplitudo suhu harian besar
- Curah hujan lebih minim
- Pada daerah 4 ekspresi dominan, amplitudo suhu tahunan tinggi
Amplitudo suhu harian dan tahunan yang termasuk tinggi disebabkan oleh sifat daratan yang mudah menyerap dan mengeluarkan panas.
Curah hujan yang sedikit disebabkan oleh laju penguapan yang rendah dan jarak yang jauh dari badan air.
Namun, hal ini tidak berlaku bagi hutan hujan tropis, seperti Kalimantan atau Amazon di Brazil. Daerah tersebut memiliki microclimate nya tersendiri sebab terdapat transpirasi yang sungguh besar dari pepohonan yang ada.
Oleh sebab itu, siklus air di wilayah-daerah tersebut jauh berbeda dengan daerah lain pada umumnya.
Iklim Samudera/Maritim

Iklim maritim merupakan istilah bagi zona yang lebih dipengaruhi oleh kedekatannya dengan bahari ketimbang faktor lainnya.
Berbeda dengan iklim kontinental, iklim maritim memiliki sifat-sifat selaku berikut
- Amplitudo suhu harian rendah
- Pada tempat dengan 4 animo, amplitudo suhu tahunan rendah
- Terdapat banyak awan
- Sering terjadi hujan
- Pergantian antar musim terjadi secara perlahan (gradual)
Amplitudo suhu harian dan tahunan tergolong rendah alasannya adalah terdapat efek dari badan air sebagai regulator suhu. Hal ini juga yang mengakibatkan pergeseran antar demam isu dampaknya tidak terjadi secara secara tiba-tiba, melainkan secara perlahan.
Awan yang banyak disebabkan oleh penguapan yang tinggi dari badan air yang berada di bersahabat kawasan beriklim laut. Penguapan dan perawanan yang banyak ini menyebabkan hujan sering terjadi.
Iklim Dataran Tinggi/Gunung

Iklim ini lazimnya terjadi di wilayah pegunungan atau dataran tinggi seperti Pegunungan Alpin, Tibet, Bolivia, atau Peru.
Iklim dataran tinggi memiliki ciri khas selaku berikut
- Udara biasanya lebih kering dan acuh taacuh ketimbang dataran rendah
- Terdapat zona bayangan hujan sebab efek fohn
- Terkadang turun salju (snowline) jika sudah melewati ketinggian tertentu
Udara yang lebih kering dan acuh taacuh disebabkan oleh pendinginan udara adiabatik saat udara naik dari ketinggian rendah menuju ketinggian tinggi.
Zona bayangan hujan yang disebabkan oleh angin fohn menyebabkan kawasan di iklim ini terbagi menjadi dua, ialah zona yang sangat basah dan zona yang sungguh kering. Contoh dari fenomena ini yaitu di India Utara.
Iklim Muson
Iklim muson merupakan istilah bagi daerah yang dipengaruhi oleh imbas angin muson.
Contoh daerah yang terdampak oleh angin muson adalah asia tenggara, australia, india, dan pesisir timur afrika (Indian Ocean Dipole Mode)
Iklim muson mempunyai ciri khas selaku berikut
- Setengah tahun bertiup angin yang mengakibatkan hujan
- Setengah tahun bertiup angin yang mengakibatkan kemarau
Angin yang mengakibatkan hujan lazimnya berasal dari maritim sehingga membawa banyak uap air.
Sedangkan angin yang mengakibatkan kemarau umumnya melalui banyak gurun, pegunungan, atau dataran sehingga tidak memiliki banyak uap air
Klasifikasi iklim Junghuhn
Junghuhn merupakan spesialis botani dan geolog yang berasal dari Belanda-Jerman.
Pada tahun 1840an, Junghuhn pergi ke pulau Jawa untuk meneliti perihal tananaman apa saja yang mungkin ditanam oleh pemerintah kolonial Belanda.
Berdasarkan penelitiannya tersebut, Junghuhn menemukan bahwa terdapat relasi yang cukup erat antara ketinggian suatu daerah dengan flora yang dapat dibudidayakan pada daerah tersebut.
Beranjak dari risetnya tersebut, Junghuhn mengeluarkan perkiraan bahwa terdapat 4 zona budidaya tanaman pada pulau Jawa. Zona tersebut antara lain yaitu

Zona Panas
Zona iklim panas berdasarkan Junghuhn bermulai pada ketinggian 0 sampai 600m di atas permukaan maritim. Rata-rata suhu pada zona ini yakni 22 sampai 26,3 derajat celsius.
Karena suhu udara pada zona ini relatif lebih panas dibandingkan dengan zona lainnya, tidak semua flora mampu ditanam di daerah ini.
Tanaman yang mampu ditanam pada zona panas antara lain yakni padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, dan tumbuhan cokelat.
Zona Sedang
Menurut Junghuhn, zona iklim sedang terletak antara ketinggian 600m sampai 1500m diatas permukaan bahari.
Zona iklim sedang lazimnya mempunyai suhu antara 17,1 hingga 22 derajat celsius. Suhu pada zona ini lebih cuek daripada zona panas, sehingga tumbuhan yang sesuai ditanam pun berbeda.
Tanaman yang dapat ditanam pada zona iklim sedang antara lain ialah padi, tembakau, teh, kopi, coklat, kina, dan sayur-sayuran seperti kol, sawi, bayam, selada, dan sayur yang lain.
Zona Sejuk
Zona iklim sejuk terletak antara ketinggian 1500m sampai 2500m diatas permukaan maritim.
Suhu udara zona sejuk berkisar pada 11 hingga 17 derajat celsius. Karena suhu yang sudah tergolong cukup cuek pada kawasan ini, tidak banyak flora yang mampu tumbuh dengan subur.
Tumbuhan yang umumnya ditanam pada zona sejuk adalah teh, kopi, kina, dan sayur sayuran. Selain itu, zona sejuk juga umumnya ditanami pohon kayu mirip jati mahoni (mahogany) serta pinus.
Contoh kawasan yang masuk kedalam zona iklim sejuk ialah Bandung, Lembang, dan Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah.
Zona Dingin
Zona cuek ialah zona iklim tertinggi di dalam klasifikasi Junghuhn. Semua daerah yang memiliki ketinggian diatas 2500m dikategorikan selaku zona iklim cuek.
Di dalam zona iklim cuek, suhu udara yang kita rasakan berkisar diantara 6,2 sampai 11 derajat celsius, sangat hambar bukan!
Karena suhu yang sangat hambar, susah bagi tumbuhan untuk hidup pada kawasan ini. Manusia saja sukar, apalagi tanaman bukan?
Mayoritas flora yang mampu tumbuh ialah lumut, tanaman kayu mirip jati dan pinus, serta semak belukar seperti yang sering kita jumpai di pegunungan
Apakah Iklim Junghuhn Bisa digunakan di Negara Lain?
Kalian pernah gak sih mengajukan pertanyaan-tanya, kira-kira iklim junghuhn bisa dipakai di negara lain gak ya? Kan aspek yang mempengaruhinya cuma ketinggian toh?
Well, jawabannya tidak semudah itu. Kita telah pelajari sebelumnya bahwa terdapat iklim fisis dan iklim matahari yang juga mempengaruhi iklim dunia.
Oleh sebab itu, ketinggian 1000m di Indonesia belum pasti sama dengan ketinggian 1000m di Ethiopia, dan ketinggian 2000m di Indonesia belum tentu sama dengan ketinggian 2000m di Norwegia.
Bahkan, ketinggian 1000m di Pulau Jawa, daerah Junghuhn meneliti, belum pasti sama dengan ketinggian 1000m di Pulau Papua atau Pulau Kalimantan.
Makara, apakah pembagian terstruktur mengenai iklim Junghuhn dapat digunakan di negara lain? Jawabannya yaitu kemungkinan besar tidak. Iklim Junghuhn saja sulit untuk dipakai di pulau lain selain pulau Jawa, terlebih di negara lain.
Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson
Schmidt dan Ferguson mengembangkan tata cara klasifikasi iklim pada tahun 1950 sebab mereka merasa bahwa tata cara yang ada pada saat itu tidak representatif kepada kondisi iklim Indonesia.
Sistem klasifikasi iklim yang populer pada dikala itu yakni Koppen dan Thornwaite. Namun, kedua sistem ini dirasa kurang cocok untuk Indonesia, utamanya dalam menilai bulan berair dan kering.
Kriteria Iklim Schmidt-Ferguson
Dalam melaksanakan pembagian terstruktur mengenai iklim, dikenal 3 jenis bulan, ialah bulan basah, bulan kering, dan bulan lembab.
- Bulan basah = Curah hujan > 100mm/bulan
- Bulan lembab = Curah hujan 60-100mm/bulan
- Bulan kering = Curah hujan < 60mm/bulan
Berdasarkan klasifikasi diatas, dijumlah nilai Q dari sebuah kawasan, ialah nilai banyaknya bulan kering dibagi banyaknya bulan berair.
Q = (Bulan Kering/Bulan Basah) x 100%
Dari perkiraan nilai Q, kita mampu mengetahui keadaan iklim sebuah wilayah.

Berdasarkan nilai Q nya, sebuah wilayah mampu digolongkan kedalam tipe tipe berikut.

Klasifikasi iklim Oldeman
Oldeman mengklasifikasikan iklim suatu daerah menurut jumlah bulan berair atau bulan kering yang berturut-turut. Selain itu, iklim oldeman juga umumnya dihubungkan dengan zonasi komoditas.
Karena mempunyai relasi yang akrab dengan acuan penanaman komoditas, iklim oldeman kerap pula disebut selaku iklim agroklimat.
Kriteria Iklim Oldeman
Dalam iklim oldeman, kita mengenal 3 jenis bulan, ialah bulan basah, bulan kering, dan bulan lembab.
- Bulan basah = Curah hujan > 200mm/bulan
- Bulan kering = Curah hujan < 100mm/bulan
- Bulan lembab = Curah hujan = 100 hingga 200mm/bulan
Tipe Iklim dalam Klasifikasi Oldeman
Tipe iklim dalam klasifikasi Oldeman ada dua, yaitu tipe utama dan sub-tipe. Tipe utama ditandai dengan aksara sedangkan sub tipe ditandai dengan angka.
- Iklim A = Bulan basah berturut-turut > 9 kali
- Iklim B = Bulan basah berturut-turut 7-9 kali
- Iklim C = Bulan basah berturut-turut 5-6 kali
- Iklim D = Bulan basah berturut-turut 3-4 kali
- Iklim E = Bulan berair berturut-turut < 3 kali
- 1 = Bulan kering <= 1 kali
- 2 = Bulan kering 2-3 kali
- 3 = Bulan kering 4-6 kali
- 4 = Bulan kering > 6 kali
Zona Agroklimat Oldeman

Seperti yang sudah diterangkan diatas, penjabaran iklim Oldeman sangat akrab kaitannya dengan pertanian. Berikut ini ialah klasifikasi zona pertanian menurut iklim Oldeman
- A1, A2 = Sesuai untuk penanaman padi terus menerus tetapi produktivitas agak rendah alasannya adalah sinar matahari lebih minim
- B1 = Sesuai untuk penanaman padi terus menerus
- B2 = Tanam padi dua kali setahun, tetapi varietas umur pendek
- C1 = Tanam padi sekali dan palawija dua kali setahun.
- C2, C3, C4 = Tanam padi sekali dan palawija dua kali setahun. Namun penanaman palawija mesti hati-hati alasannya bertepatan pada bulan kering/trend kemarau
- D1 = Panen flora padi berumur pendek satu kali sebab kerapatan sinar matahari tinggi
- D2, D3, D4 = Memungkinkan untuk satu kali menanam padi dan satu kali menanam palawija, tergantung dengan irigasi
- E = Wilayah kering dan tandus, tanaman palawija belum pasti dapat tumbuh di daerah ini
Klasifikasi iklim Mohr
Klasifikasi iklim Mohr nyaris sama dengan penjabaran Oldeman diatas. Hanya saja Mohr mempunyai patokan yang berlainan mengenai tipe iklim dibandingkan dengan Oldeman.

Klasifikasi Iklim Koppen
Klasifikasi iklim koppen ialah penjabaran iklim yang rasanya sudah sungguh familiar di telinga kita semua.
Klasifikasi ini didasarkan pada persebaran vegetasi secara empiris yang dikorelasikan dengan suhu dan curah hujan dari suatu kawasan. Metode ini diprakarsai oleh Wladimir Koppen dari Jerman pada tahun 1900an.
Curah hujan dan temperatur digunakan selaku teladan alasannya ialah salah satu aspek penentu iklim. Persebaran vegetasi dijadikan acuan sebab ialah dampak eksklusif dari iklim tersebut.
Cara Membaca Klasifikasi Iklim Koppen


Untuk mempermudah penafsiran kode iklim yang digunakan oleh Koppen, dibuatlah tabel seperti di bawah ini.
Klasifikasi Awal | Klasifikasi Sekunder | Klasifikasi Tersier |
A (Tropis) | f (hutan hujan) | |
m (muson) | ||
w (Savana, trend panas basah) | ||
s (Savana, musim panas kering) | ||
B (Kering) | W (Gurun) | |
S (Stepa) | ||
h (Panas) | ||
k (Dingin) | ||
C (sedang) | s (Musim panas kering) | |
w (Musim panas kering) | ||
f (Tidak ada animo kering) | ||
a (Musim panas panas) | ||
b (Musim panas hangat) | ||
c (Musim panas cuek) | ||
D (Kontinental) | s (Musim panas kering) | |
w (Musim masbodoh kering) | ||
f (Tanpa isu terkini kering) | ||
a (Musim panas panas) | ||
b (Musim panas hangat) | ||
c (Musim panas cuek) | ||
d (Musim cuek sungguh cuek) | ||
E (Kutub) | T (Tundra) | |
F (Es) |
Iklim Tropis (A)

Iklim ini mempunyai suhu rata-rata tahunan diatas 18’C serta memiliki curah hujan yang signifikan.
Terdapat 3 kategori sub-iklim dalam iklim tropis yakni
- AF = Hutan hujan tropis
- AM = Hutan muson
- AW/AS = Padang Savana lembap(w) atau kering(s)
Daerah AF mempunyai curah hujan yang tinggi, diatas 60mm tiap bulannya. Contoh kawasan AF ialah Kalimantan, Sumatera, Sulawesi Utara, dan Brazil.
Daerah AM mempunyai curah hujan yang tinggi, namun terdapat demam isu kering dimana curah hujannya dibawah 60mm.
Wilayah ini dipengaruhi oleh efek muson, sehingga curah hujannya pun dipengaruhi oleh contoh muson.
Contoh kawasan yang tergolong kedalam AM adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Pantai Selatan Papua, dan Sebagian Wilayah India.
Wilayah AW/AS mempunyai curah hujan yang sedikit. Jumlah curah hujan pada trend hujan tidak mampu mengimbangi kekurangan air dikala isu terkini kemarau.
Vegetasi pada kawasan AW/AS antara lain adalah rerumputan dan beberapa pohon yang tahan pada tempat semi-kering.
Contoh kawasan AW/AS yaitu Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Kepulauan Aru.
Iklim Kering (B)

Daerah pada iklim kering terkenal dengan curah hujannya yang sangat sedikit.
Untuk mengetahui apakah sub iklim suatu kawasan bersifat BW atau BS, dipakai metode perhitungan sebagai berikut.
Rata-rata Temperatur X 20
Setelah ditemukan nilai perkiraan diatas, tambahkan
280 jika => 70% curah hujan total jatuh pada isu terkini panas dan semi
140 jika 30-70% curah hujan total jatuh pada isu terkini panas dan semi
0 jikalau curah hujan yang jatuh pada animo panas dan semi < 30%
Jika curah hujan tahunan tempat tersebut kurang dari 50% angka yang ditemukan dari perhitungan, maka kawasan tersebut tergolong BW, sedangkan bila lebih maka daerah tersebut termasuk BS.
Huruf ketiga mampu disertakan untuk menerangkan suhu dari daerah ini.
Huruf h dipakai kalau bulan terdingin memiliki suhu diatas 0’C sedangkan k dipakai jika terdapat setidaknya satu bulan dengan suhu dibawah 0’C
Berdasarkan pemaparan diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa terdapat 4 jenis iklim kering ialah gurun dan stepa.
- BWh = Gurun panas
- BWk = Gurun acuh taacuh
- BSh = Stepa Panas
- BSk = Stepa Dingin
Stepa sendiri merupakan padang rumput yang gersang dan tidak terdapat banyak pepohonan. Contoh stepa yang cukup populer ialah pontic steppes di timur tengah dan daerah padang rumput di Sahel, Afrika serta sekitar California, Amerika Serikat.
Iklim Sedang (C)

Iklim sedang memiliki suhu rata-rata bulan terdingin diatas 0’C hingga 18’C. Selain itu, setidaknya terdapat satu bulan dimana suhu rata-ratanya lebih tinggi dari 10’C
Iklim sedang merupakan salah satu pembagian terstruktur mengenai iklim koppen yang sulit untuk dihafalkan. Oleh alasannya adalah itu, lebih baik untuk menjajal memahami ketimbang menghafal.
jika karakter kedua sesudah C yakni f, maka mampu ditentukan bahwa wilayah tersebut sungguh berair karena tidak terdapat isu terkini kering.
Jika hurufnya adalah w maka animo kering akan terjadi pada isu terkini hambar, sedangkan jikalau a maka animo kering akan terjadi pada animo panas.
Jika aksara ketiga sesudah C adalah a, maka demam isu panas kawasan tersebut akan sangat panas.
Jika hurufnya yakni b, maka animo panas wilayah tersebut akan condong hangat, sedangkan jika hurufnya yaitu c, maka musim hambar akan condong masbodoh.
Berikut ini yakni semua jenis variasi klasifikasi yang mampu terjadi pada zona iklim sedang.
- Cfa = Subtropis Basah; Bulan terdingin dengan suhu > 0’C, setidaknya satu bulan dengan suhu > 22’C. Tidak terdapat kekeringan ketika trend panas, curah hujan rata antar bulan.
- Cfb = Iklim Maritim; Bulan terdingin dengan suhu > 0’C, semua bulan memiliki suhu < 20’C. Curah hujan rata antar bulan.
- Cfc = iklim maritim sub-kutub; Bulan terdingin dengan suhu > 0’C, terdapat 1-3 bulan dengan suhu > 10’C. Curah hujan rata antar bulan.
- Cwa = Iklim muson; Bulan terdingin dengan suhu > 0’C, setidaknya satu bulan mempunyai suhu < 20’C, dan setidaknya 4 bulan dengan suhu > 10’C. 70% curah hujan pada 6 bulan terhangat.
- Cwb = Iklim dataran tinggi sub-kutub; Bulan terdingin dengan suhu > 0’C, semua bulan memiliki suhu < 20’C, dan setidaknya 4 bulan dengan suhu > 10’C. 70% curah hujan pada 6 bulan terhangat.
- Cwc = Iklim dataran tinggi sub-kutub dingin; Bulan terdingin dengan suhu > 0’C, setidaknya 1-3 bulan dengan suhu > 10’C. 70% curah hujan pada 6 bulan terhangat.
- Csa = Iklim mediterania dengan musim panas yang panas; Bulan terdingin dengan suhu > 0’C, setidaknya satu bulan dengan suhu > 20’C, setidaknya 4 bulan dengan suhu > 10’C. Curah hujan isu terkini hambar berair 3x isu terkini kemarau kering, dengan curah hujan isu terkini kemarau kering < 30mm.
- Csb = Iklim mediterania dengan musim panas yang hangat; Bulan terdingin dengan suhu > 0’C, semua bulan mempunyai suhu < 20’C, setidaknya 4 bulan dengan suhu > 10’C. Curah hujan trend acuh taacuh berair 3x demam isu kemarau kering, dengan curah hujan isu terkini kemarau kering < 30mm.
- Csc = Iklim mediterania dengan musim panas yang dingin; Bulan terdingin dengan suhu > 0’C, terdapat 1-3 bulan dengan suhu > 10’C. Curah hujan demam isu dingin berair 3x isu terkini kemarau kering, dengan curah hujan isu terkini kemarau kering < 30mm.
Iklim Kontinental (D)
Iklim kontinental umumnya mempunyai kelembaban udara yang lebih rendah dibandingkan dengan iklim laut.
Ciri khas dari iklim kontinental yaitu terdapat setidaknya satu bulan dengan suhu < 0’C dan setidaknya satu bulan dengan suhu > 10’C.
Berikut ini yakni seluruh variasi klasifikasi yang terdapat dalam iklim kontinental.
- Dfa = Iklim kontinental berair dengan isu terkini panas yang panas;
- Dfb = Iklim kontinental basah dengan animo panas yang hangat;
- Dfc = Iklim sub-kutub;
- Dfd = Iklim sub-kutub yang sungguh hambar;
- Dwa = Iklim kontinental lembap dengan isu terkini panas yang panas dan dipengaruhi oleh imbas muson;
- Dwb = Iklim kontinental berair dengan demam isu panas yang hangat dan dipengaruhi oleh imbas muson;
- Dwc = Iklim sub-kutub yang dipengaruhi efek muson;
- Dwd = Iklim sub-kutub yang sangat acuh taacuh dan dipengaruhi imbas muson;
- Dsa = Iklim kontinental lembap dengan musim panas yang panas dan dipengaruhi oleh imbas mediterania (trend panas kering);
- Dsb = Iklim kontinental lembap dengan animo panas yang hangat dan dipengaruhi oleh imbas mediterania;
- Dsc = Iklim sub-kutub yang dipengaruhi imbas mediterania;
- Dsd = Iklim sub-kutub yang sangat hambar dan dipengaruhi imbas mediterania;
Iklim Kutub (E)

Iklim kutub meliputi kawasan-daerah yang secara geografis terletak sangat dekat dengan kutub. Karena kedekatannya dengan kutub, kawasan ini mempunyai iklim yang sangat hambar.
Contoh tempat dengan iklim kutub antara lain ialah Kanada, Rusia, Islandia, Greenland, dan bagian utara Skandinavia (Norwegia, Swedia, Finlandia).
Berikut ini yaitu seluruh kombinasi klasifikasi iklim kutub
- ET = Iklim tundra; suhu rata-rata bulan terhangat < 10’C
- EF = Iklim es; Musim acuh taacuh terus menerus dengan suhu setiap bulan < 0’C.
Wah, banyak ya ternyata cara mengklasifikasikan iklim. Oleh alasannya itu, jangan lupa untuk berlatih menjalankan soal biar tidak lupa dan semakin paham!
Berkas soal geografi mampu kalian peroleh pada laman download.
Sumber ty.com
EmoticonEmoticon