Batu bara adalah salah satu materi bakar fosil yang sangat penting bagi kehidupan kita sehari-hari. Seperti minyak bumi, banyak sekali kegiatan sehari-hari kita yang memanfaatkan kerikil bara sebagai sumber energi.
Oleh sebab itu, watu bara ialah salah satu sumber daya alam yang sungguh dibutuhkan dalam industrialisasi. Negara-negara pengekspor batu bara terbesar di dunia mendapatkan keuntungan yang sungguh besar dari perdagangan batu bara.
Namun, watu bara merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan. Hal ini terjadi karena proses terbentuknya batu bara sungguh usang, membutuhkan waktu jutaan tahun.
Selain itu, proses pembentukan kerikil bara juga dipengaruhi oleh aspek-faktor tektonik dari bumi itu sendiri. Oleh alasannya adalah itu, produksi watu bara sangat sukar diatur oleh insan. Hal ini menimbulkan watu bara selaku salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Daftar Isi
Apa itu Batu Bara?

Secara singkat, batu bara ialah batuan yang terbentuk dari hasil dekomposisi flora-flora yang telah mati dan tersedimentasikan. Oleh alasannya adalah itu, batu bara dianggap selaku batuan yang bersifat organik, alasannya asal usulnya juga dari makhluk hidup.
Batubara biasanya didapatkan pada lapisan-lapisan batuan sedimen, alasannya memang proses terbentuknya meliputi proses sedimentasi. Namun, kerikil bara juga dapat ditemukan di lapisan batuan lain jikalau terjadi uplift atau kegiatan tektonik yang lain.
Karena berasal dari flora, kerikil bara biasanya hanya didapatkan pada tempat-daerah tropis, subtropis, atau daerah yang mempunyai banyak hutan.
Namun, belakangan ini batu bara didapatkan di antarktika, artinya, zaman dahulu, daerah tersebut memiliki banyak hutan. Ini ialah salah satu fakta yang memperkuat teori apungan benua Wegener.
Karena berasal dari materi organik, batu bara mengandung energi yang dikandung oleh jasad renik tersebut. Energi ini terwujud dalam bentuk rantai karbon yang mampu terbakar dan mengeluarkan energi.
Semakin banyak karbon yang terdapat dalam sebuah watu bara, maka kian tinggi energi yang dihasilkan oleh watu bara tersebut. Dalam pembakaran, kadar karbon yang tinggi akan menciptakan api yang lebih besar dan panas.
Selain karbon, watu bara juga kerap mengandung belerang dan mineral yang lain. Mineral ini bekerjsama ialah ketidakmurnian dari watu bara, sehingga menurunkan kualitasnya.
Batu bara bermutu rendah yang mempunyai aneka macam belerang cenderung akan menimbulkan polusi udara dan fenomena hujan asam dikala dibakar. Berbeda dengan batu bara berkualitas tinggi yang lebih higienis dan menghasilkan energi yang lebih besar.
Proses Terbentuknya Batu Bara

Batu bara terbentuk ratusan jutaan tahun yang lalu saat bumi masih dipenuhi oleh hutan-hutan berawa yang ditumbuhi oleh pepohonan berukuran besar.
Seiring berjalannya waktu, pohon-pohon tersebut tumbang dan menggenang di dasar hutan rawa tersebut. Hal inilah yang menjadi materi dasar dari pembentukan watu bara.
Secara lazim, kita dapat mengurutkan proses pembentukan watu bara dalam 7 proses selaku berikut
- Tumbuhan-tumbuhan berskala raksaksa yang hidup jutaan tahun kemudian tumbang dan menggenang di dasar hutan rawa
- Seiring dengan berjalannya waktu, terbentuk lapisan tebal yang terdiri dari tanaman-tumbuhan mati di dasar rawa. Tumbuhan-tumbuhan ini mengalami pembusukan
- Permukaan bumi mengalami perubahan-pergeseran. Air, tanah, dan lumpur menguruk lapisan tanaman tersebut, sehingga mereka berhenti membusuk. Pembusukan susah terjadi bila tidak ada oksigen yang cukup
- Seiring berjalannya waktu, tumbuh pohon-pohon lain yang alhasil mati dan menggenang juga. Menciptakan lapisan-lapisan lain yang jadinya ditimbun lagi oleh tanah, lumpur, atau air.
- Seiring dengan munculnya lapisan-lapisan lain, tekanan yang dicicipi oleh lapisan terbawah semakin tinggi. Hal ini mengkompresi jasad-jasad tanaman tersebut, memulai proses transformasi menjadi kerikil bara
- Tekanan dan suhu yang tinggi di lapisan-lapisan bawah yang akrab dengan perut bumi memaksa oksigen untuk keluar dan kerikil mengalami metamorfosis. Yang tersisa yaitu material organik yang kaya akan karbon
- Seiring dengan berjalannya waktu, bertambah banyak oksigen dan material lainnya yang dihilangkan dari lapisan tersebut. Batu bara yang paling berkualitas adalah yang berasal dari lapisan paling bawah. Tekanan dan suhu yang sangat tinggi membuat kerikil bara dengan kadar karbon yang sungguh tinggi.
Jadi, kurang lebih seperti itu sahabat-teman proses pembentukan batu bara, dari jasad flora-tanaman menjadi kerikil hitam yang kita kenal dikala ini.
Jenis-Jenis Batu Bara

Seperti yang telah dijelaskan pada proses pembentukan kerikil bara diatas. Semakin usang batu bara tersebut terpapar pada tekanan dan panas yang tinggi di dalam perut bumi, makin tinggi pula kadar karbonnya.
Oleh karena itu, terdapat beberapa klasifikasi watu bara yang menjajal untuk membedakan kualitas watu bara tersebut. Sejauh ini, pembagian terstruktur mengenai yang ada meliputi material gambut, lignit, sub-bituminus, bituminus, dan antrasit.
Klasifikasi ini didasarkan pada kandungan karbon, oksigen, dan hidrogen yang ada pada batu bara tersebut. Semakin tinggi kadar karbon nya relatif kepada material lain, maka semakin tinggi kualitas batu bara tersebut.
Berikut ini ialah penjelasan lebih lanjut mengenai jenis-jenis watu bara yang dapat kita jumpai di alam.
Gambut

Gambut atau diketahui selaku peat yaitu transformasi tahap pertama dari jasad tumbuhan menjadi watu bara. Gambut memiliki kandungan karbon lebih rendah dari 40 sampai 55 persen, jauh dibawah kriteria mutu kerikil bara.
Gambut juga biasanya masih mengandung lumayan banyak air dan partikulat-partikulat ukuran kecil. Kedua hal ini membuat gambut menghasilkan banyak asap dan polusi ketika dibakar.
Karakteristik pembakaran gambut condong seperti kayu, berlainan dengan watu bara kebanyakan. Pembakarannya menciptakan lebih sedikit panas, lebih banyak asap, serta banyak bubuk residu pembakaran.
Lignit

Lignit atau kerap dikenal selaku lignite/brown coal adalah batu bara yang sudah mampu dimanfaatkan untuk pembakaran, namun masih berkualitas rendah. Batu bara ini mempunyai kandungan karbon di antara 40 hingga 55 persen, masih termasuk sedikit, tetapi lebih tinggi dari gambut.
Lignit memiliki warna hitam atau coklat kehitaman dan merupakan tahap kedua dari transformasi jasad tumbuhan menjadi watu bara. Saat ini, kandungan watu baranya masih cukup tinggi, diatas 35%.
Sayangnya, lignit kerap mengalami spontaneous combustion atau terbakar datang-tiba. Oleh alasannya adalah itu lignit sulit untuk dijadikan sumber energi yang dapat dipercaya. Selain itu, hal ini juga berbahaya bagi para penambangnya, sebab dapat menjadikan kebakaran di lubang tambang.
Sub-Bituminus

Batu bara sub bituminus ialah semua jenis watu bara yang mempunyai kandungan karbon di antara bituminus dan lignit. Meskipun memiliki kualitas yang kurang baik, kerikil bara sub bituminus tersedia dalam jumlah besar.
Batu bara jenis ini biasanya dipakai sebagai materi bakar pada pembangkit listrik tenaga watu bara.
Bituminus

Bituminus merupakan jenis kerikil bara yang paling banyak tersedia dan digunakan di seluruh dunia. Batu bara ini mengambil nama dari sejenis cairan pekat berjulukan bitumen.
Batu bara berjenis ini memiliki kadar karbon 60 sampai 80%, telah cukup tinggi untuk dipakai selaku bahan bakar yang efisien. Selain itu, kadar karbon yang tinggi ini juga memungkinkan watu bara bituminus untuk diubah menjadi coke, materi penting dalam industri besi dan baja.
Karena sudah cukup usang berada di dalam permukaan bumi, kandungan cairan dan partikulat yang lain cukup rendah, hanya sekitar 15-40%. Selain itu, telah tidak lagi tampakbekas-bekas tanaman pada kerikil bara bituminus.
Batu bara ini mempunyai karakteristik warna yang relatif gelap dan tingkat kekerasan yang cukup tinggi. Hal ini terjadi alasannya bituminus telah usang berada dalam tekanan dan suhu tinggi di perut bumi.
Umumnya watu bara dengan mutu bituminus digunakan selaku bahan bakar bagi pembangkit listrik tenaga batu bara yang sudah cukup mutakhir. Selain alasannya memiliki kadar karbon yang tinggi, kadar welirang dan material yang lain pun rendah, sehingga pembakaran lebih bersih dan efisien.
Bituminus juga dapat dipakai sebagai coking coal dalam industri bikinan besi baja serta sebagai smithing coal dalam industri tempaan besi-baja.
Antrasit

Batu bara berjenis antrasit atau anthracite merupakan batu bara mutu tertinggi yang mampu terbentuk di alam. Antrasit nyaris semuanya berisikan karbon, yakni sekitar 80-95%.
Karena sudah sangat murni, antrasit memiliki kadar mineral lain dan partikulat yang sangat sedikit. Selain itu, kandungan air pada batu bara ini juga sangat rendah. Hal ini menyebabkan antrasit mempunyai karakteristik pembakaran yang sangat bagus.
Pembakaran antrasit akan menghasilkan api berwarna biru. Api biru memberikan bahwa proses pembakaran yang terjadi merupakan pembakaran tepat dan menciptakan sedikit polusi.
Karena kualitasnya yang sungguh tinggi dan kelangkaannya di alam, antrasit umumnya digunakan selaku bahan bakar pemanas ruangan. Meskipun akan sangat efektif kalau digunakan sebagai materi bakar pembangkit listrik, harganya terlalu mahal sehingga tidak hemat.
Referensi
University of Calgary, Energy Education: Coal types
Waugh, David. Geography: an Integrated Approach. Nelson Thornes, 2009.
Sumber ty.com
EmoticonEmoticon