Jumat, 25 September 2020

Imbas Negatif Globalisasi: Sosial, Ekonomi, Politik, Budaya


Globalisasi pastinya memiliki banyak pengaruh, baik aktual maupun negatif. Pada peluang ini, kita akan berfokus pada imbas negative yang disebabkan oleh fenomena globalisasi yang terjadi di dunia ini.





Secara umum, kita dapat memecah pengaruh globalisasi menjadi 4 aspek yakni sosial, ekonomi, politik dan budaya. Namun, untuk mempermudah sobat-sahabat memahami konteks efek tersebut, kita akan eksklusif membahas acuan kasus yang terjadi di kehidupan kita sehari-hari.





Berikut ini adalah beberapa acuan masalah dimana globalisasi memiliki dampak yang negatif pada kehidupan kita maupun kehidupan orang lain.






Masyarakat Terpengaruh Budaya Luar





Sekarang, masyarakat Indonesia sedang tergila gila dengan budaya asing, salah satunya adalah Korea dan Jepang
Sekarang, masyarakat Indonesia sedang tergila abnormal dengan budaya gila, salah satunya ialah Korea dan Jepang (Pexels)




Interaksi yang semakin mudah antar negara dan antar orang-orang di banyak sekali bagian dunia yang berlawanan menimbulkan adanya persebaran budaya yang sungguh cepat pula. Sekarang ini, budaya tidak lagi cuma disebarkan lewat peninggalan sejarah, tradisi, dan pariwisata. Sekarang, budaya justru disebarkan melalui musik, film, karya literature mirip komik, dan media umum.





Sekarang, budaya-budaya luar sudah memasuki dan menjadi bab dari kehidupan sehari-hari penduduk Indonesia.





Contohnya ialah budaya barat dengan fashionnya yang lebih terbuka, dengan kebiasaan nongkrong dan bergaul secara lebih bebas, serta kebiasaan untuk lebih individualis dan mementingkan kemakmuran pribadi dahulu.





Dahulu, hal-hal diatas dianggap tabu dan dilarang, khususnya di masyarakat yang masih tradisionalis. Sekarang, hal-hal tersebut dianggap selaku konsekuensi modernisasi dan sebuah pengaruh yang pasti terjadi.





Selain itu, budaya asia seperti demam K-pop dan anime juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kita mendengar kata kata weaboo atau koreaboo bagi orang-orang yang tergila-gila dengan budaya tersebut. Bahkan, sekarang ada pekan raya khusus yang diadakan tiap tahunnya di banyak sekali kota besar di Indonesia.





Alangkah baiknya sebagai penduduk Indonesia, kita melaksanakan control sosial. Jangan hingga bangsa Indonesia menelan mentah-mentah budaya ajaib tersebut. Kita harus melakukan filtrasi, mana yang sesuai dengan budaya kita, mana yang mampu kita ambil sebagian, dan mana yang mesti kita tolak. Jangan sampai budaya-budaya ini bertolak belakang dengan nilai-nilai yang ada pada Pancasila.





Dengan melakukan upaya-upaya tersebut, kita dapat menghindari imbas negatif globalisasi dalam faktor budaya dan ketahanan nasional.





 



Lunturnya Budaya Gotong Royong





Jangan sampai globalisasi menghilangkan budaya dan tradisi Indonesia untuk gotong royong
Jangan hingga globalisasi menetralisir budaya dan tradisi Indonesia untuk bahu-membahu




Seperti yang sudah dijelaskan, globalisasi menenteng budaya-budaya luar masuk ke dalam bangsa Indonesia. Salah satu budaya yang kini telah sungguh melekat dan dianggap tidak terelakkan yakni budaya individualistik dan materialistik.





Kedua budaya ini umumnya dianggap berasal dari bangsa barat yang sangat mementingkan keleluasaan individu, kemandirian individu, dan kemampuan tiap individu untuk memilih jalannya sendiri, tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Namun, apakah budaya ini cocok dipraktekkan di Indonesia?





Ternyata, Indonesia telah memiliki budaya lain, yaitu budaya bahu-membahu, saling membantu jika ada yang kesusahan, pada dasarnya, budaya kolektivis. Tradisi ini diwarisi dari nenek moyang kita yang senantiasa menolong tetangganya dan siapapun yang dapat mereka bantu, alasannya mereka yakin, jika mereka dalam kesusahan, pasti nanti akan ada yang membantu pula.





Namun, arus globalisasi yang amat sangat pesat telah membuyarkan tradisi ini. Sekarang, terdapat 2 kalangan generasi dengan budaya dan ideologi yang berlainan pula. Generasi yang lebih tua yang masih percaya dan menganut bersama-sama, dan generasi yang lebih muda yang sudah menganut budaya individualistik.





Lunturnya semagat kolektivis dan gotong royong ini menciptakan masyarakat lebih apatis terhadap kondisi sekitarnya. Sekarang, yang ada di kepala orang yakni bagaimana saya berhasil, tidak peduli orang lain mau mirip apa. Padahal, bantu-membantu merupakan salah satu nilai Pancasila yang terdapat dalam butir-butir Pancasila.





Oleh alasannya adalah itu, kita dihentikan membiarkan budaya ini pudar. Harus dicari jalan tengah untuk memadukan budaya tolong-menolong dengan arus modernisasi yang ada di dunia dikala ini.





 



Terjadinya Kesenjangan Sosial





Masih banyak saudara kita yang belum merasakan manfaat ekonomi dari globalisasi
Masih banyak saudara kita yang belum merasakan manfaat ekonomi dari globalisasi




Urbanisasi, aglomerasi, dan pemusatan kekayaan menjadi salah satu ciri-ciri dari fenomena globalisasi yang dapat kita lihat pada kehidupan sehari-hari. Ketiga hal diatas mampu menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial di lapisan masyarakat Indonesia.





Urbanisasi ialah fenomena dimana orang-orang berpindah daerah tinggal ke tempat perkotaan. Pemusatan penduduk ini nantinya akan menimbulkan aglomerasi ekonomi juga, alasannya bisnis lazimnya mengikuti pasarnya.





Aglomerasi yaitu fenomena dimana aktivitas ekonomi memusat pada suatu kawasan tertentu yang mempunyai kelebihan, baik secara spasial maupun aspasial. Lawan dari aglomerasi yaitu dispersi dimana acara ekonomi menyebar untuk menyingkir dari kompetisi.





Aglomerasi menyebabkan terbentuknya kawasan industry, yang sekarang kerap disebut industrial park atau kadang diregulasi oleh negara menjadi daerah ekonomi khusus. Hal ini mampu mengembangkan kemakmuran orang-orang dengan modal yang cukup untuk membangun pabrik dan bisnis disekitar kawasan tersebut.





Namun, pekerjanya tidak akan banyak menerima peningkatan gaji alasannya intinya, perusahaan selalu berusaha melakukan efisiensi, tergolong meminimalisir gaji pegawainya. Oleh sebab itu akan terbentuk pemusatan kekayaan di orang-orang yang mempunyai modal.





Pemusatan kekayaan yaitu awal dari kesenjangan sosial. Ketika hanya sekelompok tertentu yang memiliki duit, mereka akan dapat mempengaruhi kegiatan yang ada di suatu negara. Umumnya, untuk semakin memperkaya diri mereka dan kroni-kroninya, dengan mengorbankan kekayaan orang lain.





Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, khususnya sila ke 5 dengan logo padi dan kapas yang berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka sudah sepatutnya kita melawan kesenjangan sosial dan pemusatan kekayaan yang berlebihan.





Kesenjangan sosial dapat dihindari dengan membuat metode pembagian ulang kekayaan biar semua unsur penduduk dapat menikmati kesejahteraan Meski ketika ini Indonesia menganut metode ekonomi pasar, kita mesti selalu memperhatikan kaum menengah kebawah, sesuai dengan prinsip marhaenisme.





Selain itu, kita juga mesti menyingkir dari perilaku konsumtif, sebab dapat menyebabkan kecemburuan sosial di penduduk . Contoh kecemburuan sosial yang masih membekas di ingatan banyak orang di Indonesia adalah kerusuhan 98 yang menyasar kaum elit, khususnya tionghoa.





Dengan memperhatikan kedua hal diatas, kita dapat menghindari pengaruh negatif globalisasi dalam faktor ekonomi dan kemakmuran masyarakat.





 



Korupsi Kolusi dan Nepotisme





Korupsi menjadi masalah bagi semua negara, terutama bagi yang baru membuka perekonomian negaranya kepada pihak luar
Korupsi menjadi problem bagi semua negara, khususnya bagi yang baru membuka perekonomian negaranya terhadap pihak luar




Tidak mampu disangkal, globalisasi juga menenteng budaya materialistis dan konsumerisme. Budaya ini mengatakan bahwa kebahagiaan hanya dapat dicapai kalau kita mempunyai duit yang banyak dan membelanjakan duit tersebut.





Hasil dari budaya ini yaitu orang-orang yang selalu berusaha untuk menerima uang lebih banyak untuk memajukan gaya hidupnya. Terkadang, kenaikan pola hidup tidak sepadan dengan kenaikan gaji sehingga dibutuhkan sumber uang lain untuk mempertahankan gaya hidup yang ada.





Korupsi merupakan salah satu jalan pintas yang kerap diambil untuk memperkaya diri dan segelintir orang, dengan mengorbankan penduduk Indonesia. Korupsi kian dipermudah dengan adanya keterbukaan ekonomi, dimana pihak abnormal mampu dengan mudah menanamkan modal dan memulai proyek-proyek besar di Indonesia.





Dengan adanya keterbukaan ekonomi tersebut, semakin banyak proyek yang mampu digarap untuk nantinya dikorupsi. Proyek yang banyak ini pun susah dikelola oleh KPK, BPK, maupun kepolisian serta intelijen negara. Tidak semuanya dapat dimonitor dengan baik dan seksama, sehingga senantiasa saja ada yang kecolongan.





Oleh alasannya adalah itu, kita mesti selalu berpegang teguh pada landasan budpekerti kita, iman kita, dan juga tutorial bernegara dan berbangsa kita, adalah Pancasila. Jangan hingga kita tergoda untuk korupsi, alasannya adalah selain merugikan orang lain, jika tertangkap juga akan merugikan diri kita sendiri serta mempermalukan keluarga besar kita.





 



Kerusakan Lingkungan Akibat Eksploitasi Berlebihan





Rusaknya hutan menjadi salah satu akibat dari nafsu manusia untuk mengeksploitasi sumber daya alam
Rusaknya hutan menjadi salah satu akibat dari nafsu insan untuk mengeksploitasi sumber daya alam




Kita telah mengetahui bahwa globalisasi condong membuka perekonomian suatu negara dan memajukan koordinasi antar negara dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Hal ini dapat mengembangkan produk domestik bruto suatu negara dan mendorong pertumbuhan ekonomi.





Namun, yang kerap kita lupakan yakni bahwa keterbukaan ekonomi yang lebih tinggi akan menyebabkan eksploitasi sumber daya alam yang lebih tinggi pula. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan mampu menghancurkan lingkungan alam, mengganggu ekosistem dan bioma yang ada pada wilayah tersebut.





Contoh yang sangat bersahabat dengan kita adalah masuknya modal ajaib untuk mendanai proyek-proyek sawit di Kalimantan dan Sumatera. Perusahaan sawit tersebut memilih lokasi-lokasi ini untuk membangun perkebunan mereka sebab harga lahannya yang relatif lebih hemat biaya dan keadaan alam yang sesuai.





Untuk mempercepat proses pematangan lahan, banyak perusahaan sawit yang menentukan untuk memperabukan hutan yang ada dibandingkan dengan memotong dan menggunakan bulldozer. Hal ini mampu menjadikan kebakaran hutan dan polusi udara yang sungguh parah di daerah sekitar.





Selain sawit, kita juga mengambil pola pertambangan emas dan tembaga di tembagapura oleh Freeport McMoran. Meskipun menghasilkan kesejahteraan ekonomi bagi penduduk disekitarnya, proyek penambangan ini menghasilkan aneka macam limbah sampai mencemari sungai dan air tanah di Papua.





Oleh sebab itu, dalam menerima investasi dan menjalankan pembangunan serta mendorong perkembangan ekonomi. Perlu juga diamati aspek lingkungan dari proyek-proyek tersebut, apakah telah sesuai atau belum dengan hukum yang berlaku. Dengan cara berfikir mirip ini, efek negatif globalisasi dalam bidang lingkungan dan ekonomi mampu dihindari.





 



Menimbulkan Kenakalan Remaja dan Pergaulan Bebas





Nongkrong dan meminum minuman alkohol merupakan dampak negatif dari budaya barat yang masuk ke Indonesia
Nongkrong berlebihan dan meminum minuman alkohol merupakan efek negatif dari budaya barat yang masuk ke Indonesia




Globalisasi juga menenteng budaya serta produk luar seperti minuman beralkohol, budaya nongkrong, dan budaya untuk bermain game. Jika tidak diawasi dan difiltrasi dengan baik, budaya-budaya ini dapat merusak generasi penerus kita yaitu para sampaumur dan anak kecil.





Sekarang, kian banyak kawasan nongkrong bawah umur muda yang dianggap ‘hits’ di kota-kota besar Indonesia. Sebenarnya, bila kita menganggap nongkrong selaku sekadar menetralisir penat dan bersosialisasi dengan teman-sahabat, maka tidak ada problem yang memiliki arti.





Namun, banyak anak muda yang hidupnya cuma nongkrong dan melalaikan kewajiban mereka di sekolah ataupun di universitas tempat mereka belajar. Hal ini sungguh berbahaya bagi pendidikan para penerus bangsa, jangan hingga mereka tidak memiliki kemampuan teknis dan soft skill yang mumpuni untuk mengerjakan Indonesia dikemudian hari.





Budaya mengkonsumsi minuman beralkohol juga kian merajalela, selain alasannya adalah dianggap ‘keren’, minuman beralkohol juga dianggap dapat menciptakan mereka melewatkan derita-derita dunia.





Padahal, bila kita perhatikan, budaya ini sangatlah menguras dompet, sehingga dapat mengusik kondisi finansial para sampaumur. Selain itu, menyantap minuman beralkohol juga sungguh berbahaya bagi ginjal dan sistem pencernaan insan, sehingga pemabuk sangat rentan terkena penyakit di organ-organ tersebut.





Kita mesti sungguh memperhatikan info-berita ini sebab pada dikala Indonesia mengalami bonus demografi dalam transisi demografisnya, dewasa-remaja inilah yang akan menjadi pemegang kepentingan di pemerintahan dan lini-lini perjuangan yang ada di dalam negara Indonesia.





 



Meningkatnya Kriminalitas





Kesenjangan sosial yang tinggi dapat menyebabkan kenaikan kriminalitas
Kesenjangan sosial yang tinggi dapat mengakibatkan kenaikan kriminalitas




Budaya materialistik dan individualistic yang dibawa oleh globalisasi ialah salah satu katalis terjadinya peningkatan kriminalitas. Selain itu, kesenjangan sosial yang kerap disebabkan oleh globalisasi juga mempunyai andil yang besar dalam menaikkan angka kriminalitas.





Orang-orang yang kesulitan dana untuk menunjang gaya hidupnya akan mencari sumber duit instan, bila mereka tidak mampu korupsi, maka mereka akan beralih ke meminjam duit atau bahkan mencuri. Tidak jarang kita mendengar orang-orang yang mencuri sebab dia ketagihan narkoba atau alkohol dan membutuhkan duit untuk terus mengkonsumsinya.





Selain itu, kesenjangan sosial dan budaya individualism juga mampu memaksa orang untuk mencuri. Banyak juga yang mencuri alasannya adalah memang tidak bisa makan, sehingga untuk bertahan hidup, mereka mesti mencuri.





Golongan masyarakat seperti ini sebaiknya dibantu oleh orang-orang disekitarnya, dengan budaya kolektivis dan bahu-membahu. Selain itu, pemerintah juga harus turut berperan dalam menjaga mereka, mirip yang tertera di sila kelima Pancasila, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan adanya upaya-upaya ini, kita mampu menghindari pengaruh negatif globalisasi dalam faktor kemakmuran dan keamanan.





 



Adanya Hegemoni Negara Adidaya





Amerika Serikat merupakan salah satu negara adidaya yang paling kuat saat ini
Amerika Serikat merupakan salah satu negara adikuasa yang paling kuat ketika ini




Munculnya negara-negara adikuasa, atau superpower seperti Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa dan sekarang China memungkinkan adanya disrupsi dalam aktivitas berbangsa dan bernegara negara-negara di dunia.





Negara-negara di dunia ibaratnya cuma menjadi pion-pion catur bagi negara tersebut, pion catur yang diperdagangkan kepemilikannya dalam permainan geopolitik dan geostrategis global mereka. Hal ini dapat menimbulkan neo-kolonialisme dan neo-imperialism dimana negara adidaya menguasai negara lain secara tidak eksklusif.





Selain itu, sistem-metode yang dianut oleh negara adikuasa tersebut acapkali juga menjadi metode patokan yang mesti diterapkan di seluruh dunia. Sistem ekonomi kapitalis sekarang dianggap paling baik, menggusur desain ekonomi islam atau ekonomi kooperasi yang dulu diperjuangkan oleh Soekarno dan Hatta.





Hal ini memang telah tidak terelakkan, bila mereka berhasil dengan cara tersebut, kita coba saja cara mereka ialah contoh pikir yang telah tertanam di benak pemimpin-pemimpin dunia, tidak terkecuali Indonesia.





Padahal, kondisi sosio-ekonomi dan geografis mereka juga jauh berlawanan. Terutama dengan Indonesia yang mempunyai letak geografis sangat menguntungkan diantara dua benua dan dua samudera.





 



Terjadinya Neo-Kolonialisme Lewat Ekonomi





Dahulu, kolonialisme dilakukan dengan senjata, sekarang dengan hutang dan kerjasama ekonomi
Dahulu, kolonialisme dikerjakan dengan senjata, sekarang dengan hutang dan kerjasama ekonomi




Seperti yang sudah dijelaskan diatas, munculnya negara-negara adikuasa dan perusahaan multinasional yang berlagak mirip negara mampu membuat neo-kolonialisme dan neo-imperialism.





Jika zaman dulu kolonialisme dan imperialism memiliki arti kita harus menduduki kawasan tersebut, sekarang tidak lagi. Sekarang, negara maju dan perusahaan multinasionalnya hanya perlu berinvestasi secara besar-besaran supaya mereka mampu mengatur ekonomi sebuah negara. Ketika hal tersebut terjadi, politikus dan pegawapemerintah hukum yang ada dapat dibeli dengan mudah melalui suap dan gratifikasi.





Contohnya ialah China yang bisa memaksa Montenegro dan Zimbabwe untuk tunduk terhadap kebijakan luar negrinya dengan ancaman akan menagih hutang mereka yang sudah menggunung terhadap China.





Contoh lainnya yaitu Amerika Serikat yang sering melakukan hal tersebut, khususnya terhadap negara-negara Timur Tengah dan Afrika dengan suplemen pembangunan, tetapi hutang yang diberikan sangat besar dan menambah beban.





Oleh sebab itu, kita harus senantiasa berfikir cerdas dalam berpolitik secara internasional dan harus berfikir dua kali saat disediakan perlindungan. Karena, tidak semua pertolongan itu berasal dari kebaikan hati pemberi, sering pula ada udang di balik batu yang kita tidak pahami.





 



Kesimpulan





Bagaimana sobat-sahabat, ternyata banyak juga kan imbas negatif dari globalisasi. Kira-kira, banyakan mana ya dengan pengaruh positifnya?





Kalau teman-teman sudah tahu pengaruh nyata dan negatifnya, kira-kira, kita harus bersikap mirip apa nih terhadap globalisasi??



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)