Senin, 02 November 2020

Proses Perencanaan: Dari Problem Sampai Penilaian


Secara umum, kata ‘perencanaan’ mampu kita bagi menjadi dua, ialah penyusunan rencana bantu-membantu dan proses administrasi. Keduanya mempunyai beberapa perbedaan mirip di bawah ini.





Perencanaan meliputi proses solusi masalah dengan jangka waktu yang panjang dan terfokus pada antisipasi dan pencegahan dini.





Manajemen adalah proses penyelesaian duduk perkara dengan jangka waktu pendek, dan terfokus pada solusi duduk perkara sehari-hari dalam sebuah kota.





 




Proses Perencanaan Komprehensif





Proses Perencanaan
Proses Perencanaan (Steiner, 1991)




Dalam mempersiapkan sebuah wilayah perkotaan, kita perlu melakukan pendekatan komprehensif sehingga dapat secara efektif menanggulangi semua masalah yang mungkin muncul.





Salah satu metodenya ialah dengan melaksanakan POAC, yaitu planning, organizing, action, dan controlling.





POAC sendiri mempunyai banyak tahap, namun mampu disimplifikasi menjadi 11 tahap seperti gambar diatas, tahap tahap tersebut yakni





Problem/Opportunity identification





Pada tahap ini, dijalankan pemetaan duduk perkara-masalah apa saja yang berada dalam areal perencanaan. Selain itu, dijalankan pula kenali potensi -kesempatan yang mampu dimanfaatkan oleh pengembang dan perencana.





Pengambilan data pada tahap ini sungguh intens dan bermaksud untuk memilih secara niscaya karakteristik fisik maupun sosial lokasi tersebut.





 



Goal Establishment





Setelah menentukan problem yang ada pada kota/areal tersebut, dan juga mendapatkan kesempatan-potensi yang mungkin dieksploitasi.





Para perencana serta pemangku kepentingan (stakeholder) akan mulai merumuskan rencana pembangunan/kebijakan untuk obyek perencanaan tersebut (mulai sekarang kota/areal akan disebut obyek perencanaan).





Langkah ini melingkupi penetapan tujuan, sasaran, dan keluaran yang diharapkan dari proses pembangunan.





 



Regional level inventory and analysis





Inventarisasi dan analisa tingkat regional ini bermaksud untuk memilih keadaan daerah tersebut dengan pendekatan regional.





Aspek faktor yang ditinjau antara lain adalah jalur transportasi, fasilitas -prasarana penunjang pada tingkat regional, kondisi topografi, anutan air dan sungai, serta potensi kekerabatan dengan kota-kota lain di kawasan itu.





Tahap ini juga meninjau eksistensi sumber daya alam yang mungkin ada pada lokasi tersebut. Jika ada, maka dapat dieksploitasi dengan bijaksana selama masih berada dalam koridor tujuan perencanaan acara.





 



Local level inventory and analysis





Tahapan ini sama dengan no.3, tetapi lebih mendetail alasannya cakupannya kecil, ialah area sekitar obyek penyusunan rencana





 



Detailed studies





Pada tingkatan ini, setelah menimbang hasil analisis level lokal dan regional, rencana agresif yang sudah dicetuskan dalam tahap goals establishment dilengkapi dan diperinci.





Tahap ini juga berjalan parallel dengan pengambilan isu lagi yang bermaksud untuk melengkapi katalog info yang sudah ada, dan memperbanyak materi kajian. Harapannya yakni kajian dampak dan berpeluang mampu dilaksanakan secara lebih mendalam.





 



Planning concepts





Tahap ini melingkupi proses distilasi dari tujuan-tujuan yang diharapkan menjadi sebuah konsep konkrit.





Data-data yang sudah dikumpulkan, hasil diskusi dengan para stakeholder, dan hasil inventaris tingkat regional serta lokal diolah untuk menghasilkan daftar bernafsu dari planning-planning yang mungkin dikerjakan untuk obyek perencanaan tersebut.





 



Draft plan





Daftar kasar planning-planning dan prosedur yang mungkin untuk dilakukan akan disaring dan didiskusikan dengan para mahir serta beberapa stakeholder penting. Pihak yang dianggap penting umumnya yaitu para pengembang, pemerintah lokal, dan mungkin juga tetua kawasan.





Hasil diskusi tersebut akan dituangkan dalam draft planning kerja yang nantinya akan disosialisasikan kepada penduduk dan stakeholder. Sosialisasi ini juga menyasar secara khusus lapisan penduduk yang terdampak oleh pengembangan pada obyek perencanaan.





 



Education and citizen involvement





Setelah ada draft planning pengembangan, maka rencana tersebut perlu disosialisasikan terhadap masyarakat luas. Sosialisasi ini selain untuk menunjukkan legitimasi pada proyek pengembangan, juga mampu menjadi sesi pengambilan berita yang cukup informatif.





Ketika dikerjakan sosialisasi terhadap masyarakat, para perencana mampu menganggap jawaban mereka. Ketika mereka menanggapi secara negatif, maka pastinya terdapat sesuatu yang menurut mereka merugikan, atau tidak seharusnya berada dalam rencana pengembangan tersebut





Ketika mereka menanggapi secara bahagia dan senang, maka perencana pun tahu bahwa penduduk telah memberikan persetujuannya terhadap planning pengembangan tersebut.





Masyarakat juga kerap vocal dan sering menyuarakan pendapatnya tentang proyek pengembangan yang terjadi.





Para perencana dan pengembang dapat mempergunakan ini untuk menggali lebih dalam kekurangan rencana mereka, dan memperbaikinya sebelum mempresentasikan rencana simpulan.





 



Final plan





Saran dan jawaban masyarakat yang didapat dari tahap sebelumnya diaplikasikan dan diteliti secara rincian.





Apakah bantu-membantu keluh kesah mereka valid, apakah hal tersebut dapat dimitigasi atau bahkan dihilangkan tanpa mengubah rancangan biasa planning, bagaimana cara mengubah desain semoga sesuai dengan kehendak masyarakat.





Hal-hal diatas yaitu pola dari segelintir pedoman para perencana yang harus menyesuaikan planning pengembangan dengan kemauan masyarakat sekitar.





Tahap ini dan tahap sebelumnya sungguh krusial dalam menyingkir dari fenomena gagal penyusunan rencana yang dapat merugikan salah satu stakeholder.





 



Plan implementation





Pada tahap ini, planning matang telah terbentuk dan siap untuk dijalankan.





Idealnya, rencana tersebut diimplementasikan dengan koordinasi sarat seluruh stakeholder, hal ini mesti dilaksanakan untuk menghindari kekecewaan dan tindakan reaksioner yang mampu menghalangi kemajuan.





Demonstrasi merupakan salah satu acuan konkrit dari kesalahan dalam mengimplementasikan planning process ini. Demo terjadi ketika ternyata planning yang dilakukan dirasa tidak sempurna guna dan malah merugikan oleh warga lokal.





Ketika hal ini terjadi terdapat dua kemungkinan kuat, yang pertama ialah bahwa penduduk memang benar, proyek tersebut tidak menenteng faedah, yang kedua ialah penduduk salah, proyek tersebut dapat menghadirkan banyak faedah, cuma saja mereka tidak tahu.





Pada perkara pertama, kesalahan pengembang terdapat pada seluruh proses perencanaan, bila sampai kondisi ini terjadi, mempunyai arti tahap satu tidak dilaksanakan, ialah masalah evaluation.





Para perencana pribadi loncat ke tahap dua yaitu goal formulation, dan memaksakan goal tersebut terhadap warga setempat.





Pada kondisi kedua, kesalahan pengembang terdapat di poin ke delapan, mereka tidak cukup cakap dalam menjabarkan argumentasi-alasan mesti dilaksanakannya proyek tersebut, mereka juga tidak dapat mengambil hati dan meyakinkan warga bahwa proyek tersebut perlu dikerjakan.





Ketika warga tidak mengerti pentingnya proyek tersebut, dan justru merasa dirugikan, maka akan sungguh susah untuk melakukan proyek tanpa mengundang amarah penduduk .





Oleh alasannya itu, sebelum dikerjakan tahap eksekusi ini, perlu diperhatikan terlebih dahulu, apakah tahap 1-9 telah dikerjakan dengan baik atau belum.





 



Administration and ongoing evaluation





Pada tahap ini, proyek yang sudah dieksekusi tersebut diawasi dan dievaluasi keberjalanannya.





Prinsip-prinsip manajemen yang bagus perlu diterapkan pada tahap ini, karena dari evaluasi-penilaian dan observasi langsung tentang dampak proyek terhadap lingkungan dan penduduk sekitar, perencana dan pemerintah mampu belajar banyak untuk proyek-proyek kedepannya.





Selain itu, bila ternyata keluaran (output) proyek tidak cocok dengan yang diperlukan, tahap ini juga memiliki kegunaan untuk melihat dan memeriksa bab-bab apa yang berbeda dari asumsi, dan merumuskan cara untuk menyelesaikannya.





Setelah tahap ini, proses perencanaan berlanjut kembali ke tahap satu yakni persoalan and opportunity identification.





Dari klasifikasi 11 tahap diatas, rencana meliputi tahap 1-7, organizing telah mulai terlihat di tahap 6-9, tahap 10 berkorelasi dengan action, dan tahap 11 adalah tahap dimana para perencana melaksanakan controlling.





Proses perencanaan digambarkan sirkuler dan tidak pernah akhir karena ia senantiasa berlangsung, proses penyusunan rencana tidak akan pernah berhenti hingga semua masalah telah mampu diatasi, sebab hal tersebut mustahil, maka proses penyusunan rencana akan terus berjalan.





 



Referensi





Ozyavuz, Murat. Inventory and Analysis of the Landscape. Namik Kemal University





Steiner. (1991). Landscape rencana: A method applied to a growth management example



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)