Siklus batuan yakni rangkaian proses yang menjelaskan pergeseran satu jenis watu menjadi jenis kerikil lainnya. Proses ini selalu terjadi secara siklik, tanpa adanya tamat.
Seperti yang kita ketahui, terdapat 3 jenis kerikil di bumi ini. Ketiga jenis kerikil tersebut ialah watu sedimen, watu beku, dan batu metamorf. Masing-masing watu tersebut memiliki sifat dan karakteristik yang berlainan-beda.
Berbeda dengan siklus air dan siklus biogeokimia yang lain, siklus batuan terjadi dalam rentang waktu geologis. Dengan kata lain, siklus ini mempunyai jangka waktu yang sungguh lama.
Daftar Isi
Proses dalam Siklus Batuan

Dari gambar diatas, kita mampu menyimpulkan bahwa setidaknya terdapat 9 tahap dalam siklus batuan. Sembilan tahap tersebut antara lain ialah
- Magma
- Pendinginan dan kristalisasi
- Terbentuknya batuan beku
- Proses Erosi
- Proses Sedimentasi
- Terbentuknya sedimen dan batuan sedimen
- Penenggelaman Tektonis dan proses Metamorfisme
- Terbentuknya Batuan Metamorf
- Proses Pelelehan kembali Menjadi Magma
Sekarang, kita akan menjajal membicarakan secara detail setiap proses yang dilewati dalam siklus batuan.
Magma

Hampir semua batuan di dunia berawal dari magma panas yang berasal dari perut bumi. Magma ini keluar ke permukaan bumi melalui letusan gunung berapi, retakan yang disebabkan oleh tektonik lempeng, atau acara vulkanis yang lain
Batu apa yang terbentuk sungguh bergantung pada komposisi mineral yang ada pada magma pembentuknya. Jika magma yang membeku bersifat asam, maka watu granitic lah yang akan terbentuk, jikalau magma tersebut bersifat basa, maka batu basaltic yang mau terbentuk.
Sifat dan kandungan magma ini sungguh dipengaruhi oleh lempeng apa yang menjadi materi dasar magma tersebut serta lempeng apa yang mereka tembus.
Selain itu, cara magma tersebut keluar ke permukaan juga besar lengan berkuasa pada kandungan mineral serta sifatnya.
Seperti yang kita pahami dalam struktur bumi, lempeng benua biasanya bersifat asam sedangkan lempeng samudera bersifat basa. Kedua lempeng ini mempunyai perbedaan dari segi material penyusunnya.
Sehingga, magma yang berasal dari kedua lempeng ini juga mempunyai karakteristik serta kandungan mineral yang jauh berlawanan.
Pendinginan dan Kristalisasi Magma Menjadi Batuan Beku

Magma yang muncul ke permukaan bumi lalu akan mendingin dan mengeras menjadi kerikil. Batu inilah yang disebut sebagai batuan beku dan merupakan salah satu jenis watu yang paling banyak didapatkan di dunia.
Batu yang terbentuk dari sebuah magma, selain dipengaruhi oleh sifat magma, juga dipengaruhi oleh aktivitas pendinginannya.
Jika watu tersebut mendingin dalam waktu yang usang, kristalnya akan besar. Sedangkan, jika mendingin dalam waktu yang singkat, kristalnya akan berskala kecil.
Perbedaan dalam proses pendinginan ini akan menjadikan tekstur yang berlainan-beda pula pada batuan. Oleh alasannya itu, proses naiknya magma ke permukaan bumi serta proses pendinginannya memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan batuan.
Terbentuknya Batuan Beku

Ketika magma yang keluar ke permukaan bumi telah mendingin dan menjadi watu, watu tersebut dikenal sebagai batuan beku.
Batuan beku pada dasarnya ialah batu yang terbentuk dari pendinginan magma di permukaan atau di dalam kerak bumi. Batuan beku biasanya dibagi menjadi dua, yakni batuan beku basa dan batuan beku asam.
Kedua jenis batuan beku ini memiliki struktur kimia yang berlainan dan dapat dibedakan dengan cara melihat warnanya. Umumnya, kerikil basa lebih gelap sedangkan batu asam lebih cerah.
Selain pembagian menurut kandungan, batuan beku juga biasanya dibagi berdasarkan kekasarannya. Batuan yang mendingin di permukaan bumi lazimnya lebih halus daripada batuan yang mendingin di kerak bumi.
Hal ini terjadi alasannya batuan yang mendingin di permukaan bumi mendingin secara lebih cepat, sehingga kristal-kristal yang terbentuk juga lebih kecil.
Batuan beku adalah batuan terbanyak ke dua di permukaan bumi setelah batu sedimen. Sekitar 15% dari permukaan bumi tertutup oleh watu beku. Namun, bila kita lihat dari volume pada kedalaman 0 hingga 16 km, ceritanya berlawanan, batuan beku mencakup nyaris 90-95% dari komposisi batuan yang ada di kerak bumi.
Contoh batuan beku yaitu batu granit, andesit, basalt, gabbro, dan rhyolite. Kelima batuan tersebut memiliki karakteristik yang berlainan-beda, baik itu kekasaran maupun komposisi kimiawinya.
Proses Erosi dan Transportasi Batuan

Erosi pada dasarnya merupakan proses pengikisan serta pemindahan material dari daerah asalnya ke tempat lain. Berbeda dengan pelapukan, pengikisan mencakup transportasi dari material yang dikikis ke kawasan lain oleh faktor penyebab abrasi mirip angin dan air.
Ketika batuan beku yang telah berada di permukaan bumi terekspos terhadap tenaga endogen dan eksogen, terjadilah proses erosi. Proses ini mengikis dan merusak batuan-batuan tersebut.
Selain dihancurkan, kepingan-bagian batuan tersebut pun dipindahkan ke daerah lain dalam sebuah proses yang dikenal sebagai transportasi. Proses ini sungguh penting dalam siklus batuan sebab memungkinkan terbentuknya batuan sedimen.
Erosi merupakan penyebab pergantian bentang lahan di permukaan bumi. Gunung, pantai, perbukitan, dan sungai ialah teladan-pola bentang lahan yang dipengaruhi oleh proses erosional.
Sedimentasi Partikel Batuan
Jika erosi yakni proses abrasi dan transportasi material , maka sedimentasi yakni proses pengendapan material tersebut sesudah dipindahkan.
Sedimentasi terjadi dikala biro abrasi kehilangan kekuatan untuk tetap memindahkan material, sehingga terpaksa untuk mengendapkannya di suatu kawasan.
Ketika partikel-partikel batuan yang ter pengikisan diendapkan dalam proses sedimentasi, partikel tersebut akan berkumpul dan kerap menggumpal. Ketika telah ada dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang lama, maka mungkin terjadi pembentukan batuan sedimen.
Sedimentasi merupakan penyebab terbentuknya aneka macam bentang alam di permukaan bumi. Contoh bentang alam yang terbentuk oleh proses sedimentasi adalah pantai dan dataran banjir sungai.
Pembentukan Batuan Sedimen

Sedimen yakni perumpamaan untuk material yang mengalami sedimentasi pada sebuah lokasi. Seiring dengan waktu, sedimen ini akan mengalami proses lithifikasi atau proses pembatuan sehingga menjelma batu.
Proses lithifikasi ini ditandai dengan menggumpal dan mengerasnya sedimen-sedimen di lokasi tersebut menjadi mirip kerikil. Setelah proses lithifikasi ini terjadi, partikel-partikel sedimen yang saling terlepas tersebut akan berkembang menjadi kerikil sedimen yang keras.
Batuan sedimen biasanya mempunyai butir-butir utuh didalam struktur batuannya, bukti bahwa kerikil tersebut mulanya ialah banyak sekali batu yang mengalami proses lithifikasi bersama sehingga menjadi satu watu.
Contoh batuan sedimen adalah batu pasir, watu konglomerat, dan batu breksi. Masing-masing mempunyai karakteristik dan penyusun yang berlawanan-beda pula.
Penenggelaman Tektonis dan Proses Metamorfisme
Ketika suatu batuan masuk kembali ke perut bumi dalam proses tektonik lempeng, batu tersebut akan dihadapkan pada tekanan dan suhu yang lebih tinggi ketimbang permukaan bumi.
Batuan yang dihadapkan pada suhu atau tekanan tinggi, atau keduanya, dapat mengalami perubahan. Perubahan ini diketahui selaku proses metamorfisme batuan.
Metamorfisme adalah pergeseran karakteristik batuan, mulai dari sifat kimiawi sampai sifat fisiknya, dikarenakan efek suhu dan tekanan. Proses ini sangat penting dalam siklus batuan alasannya adalah akan mengubah batuan sedimen ataupun batuan beku umummenjadi batu metamorf.
Fenomena metamorfisme biasanya terjadi pada batas-batas antar lempeng yang mengalami proses subduksi atau kolisi. Selain itu, mungkin pula metamorfisme ini terbentuk pada daerah yang tertimbun alasannya gempa bumi ataupun longsoran dahysat.
Pada tempat-tempat ini, batuan tersebut ditekan oleh pergerakan lempeng dan terpanaskan oleh magma dari mantel sehingga mengalami metamorfisme.
Terbentuknya Batuan Metamorf

Setelah mengalami proses metamorfisme, batuan beku dan sedimen akan bermetamorfosis batuan metamorf. Batu ini cukup jarang kita temukan alasannya proses pembentukannya pun cukup sulit.
Batuan metamorf mempunyai karakteristik yang unik adalah eksistensi foliasi, atau garis-garis yang terdiri dari mineral seragam. Meskipun begitu, ada pula batuan metamorf yang bersifat non-foliasi seperti marmer.
Beberapa teladan batuan metamorf ialah marmer, gneiss, sekis, dan hornfels. Batu bara berjenis antrasit juga termasuk kedalam batuan metamorf.
Karena proses pembentukannya yang rumit dan panjang, batuan metamorf kerap dianggap selaku salah satu batu yang cukup langka dalam siklus batuan.
Pelelehan Kembali Menjadi Magma
Jika batuan dipaparkan pada suhu yang terlalu tinggi, batu tersebut akan kembali meleleh menjadi magma di perut bumi.
Pelelehan kembali menjadi magma ialah tahap terakhir dan awal yang baru bagi suatu watu dalam siklus batuan. Proses ini menandai awal dari pembentukan kerikil beku yang gres dari watu-kerikil lain.
Magma yang dihasilkan oleh batuan sungguh tergantung pada karakteristik batuan yang ada, sama mirip dikala magma membentuk batuan. Oleh karena itu, aneka macam jenis batuan beku, sedimen, dan metamorf tentu saja akan menciptakan magma yang berbeda-beda pula.
Secara biasa , dikala batuan meleleh dan masuk kedalam mantel, magma yang dihasilkan akan bercampur dengan magma mantel sehingga menciptakan magma berkarakteristik basa.
Setelah ini, magma tersebut mampu saja akan keluar kembali ke permukaan bumi. Proses ini kembali ke tahap awal siklus batuan adalah pendinginan dan kristalisasi magma menjadi batuan beku.
Apakah Proses pada Siklus Batuan Selalu Terjadi Secara Berurutan?

Jawabannya tidak. Siklus diatas cuma menggambarkan secara garis besar perubahan-pergantian yang mungkin terjadi pada sebuah watu, mulai dari batuan beku sampai batuan metamorf.
Pada keadaan positif, suatu batu beku mampu saja pribadi bermetamorfosis watu metamorf sebab terkubur oleh pergerakan lempeng tektonik. Batu metamorf juga bisa pribadi berubah menjadi sedimen dikala terpapar di permukaan bumi dan dierosi oleh tenaga eksogen.
Semuanya sungguh tergantung dengan keadaan alam dimana batuan tersebut berada. Tidak ada yang niscaya terjadi ataupun tidak terjadi dalam siklus batuan.
Oleh alasannya adalah itu, kalau sedang meneliti perihal siklus batuan, seorang geologist dan geografer harus melaksanakan studi lapangan yang cukup intensif.
Faktor yang Mempengaruhi Siklus Batuan
Kita telah mempelajari mengenai tahapan-tahapan dari siklus batuan, namun kita belum mengkaji lebih dalam tentang faktor-faktor yang mensugesti siklus batuan.
Secara lazim, terdapat dua faktor yang mempunyai peran besar dalam siklus batuan, yakni tektonik lempeng dan air.
Tektonik lempeng
Seperti yang sudah kita lihat diatas, tektonik lempeng ialah penyebab utama terjadinya pembentukan batuan beku di permukaan bumi serta menjadi penyebab melelehnya batuan menjadi magma.
Tanpa adanya tektonik lempeng, siklus batuan tidak akan berjalan dengan baik. Oleh alasannya adalah itu, tektonik lempeng merupakan salah satu aspek yang menghipnotis siklus batuan.
Tektonik lempeng ialah penyebab utama terbentuknya batuan sedimen dan batuan metamorf. Tanpa proses ini, kedua batuan tersebut tidak akan terbentuk di paras bumi.
Batu-watu yang disebabkan oleh fenomena tektonik lempeng umumnya berada pada zona vulkanis, terutama pada gunung berapi atau pada perbatasan lempeng seperti pada zona subduksi atau zona divergen.
Air
Sama seperti pergerakan lempeng, air juga memiliki peran yang sangat besar dalam menghipnotis siklus batuan.
Air dalam perkara ini yaitu siklus air, yaitu pergerakan kontinyu air melewati berbagai wujud dan lokasi di permukaan bumi. Tanpa adanya air, watu beku dan watu metamorf akan susah mengalami pelapukan, abrasi, dan sedimentasi sehingga membentuk batuan sedimen.
Jika tektonik lempeng mengakibatkan terbentuknya batuan beku dan batuan metamorf, maka air menyebabkan terbentuknya batuan sedimen. Oleh alasannya adalah itu, air juga ialah salah satu faktor yang menghipnotis siklus batuan.
Cukup rumit ya ternyata siklus batuan itu, supaya kalian paham penggunaannya dalam kehidupan sehari hari, jangan lupa lakukan soal latihan ya!
Referensi
The Rock Cycle – National Geographic
Sumber ty.com
EmoticonEmoticon